Tiga Kabupaten di Muara Sungai Lematang dan Musi
Penulis: H. Albar Sentosa Subari, S.H., S.U.
Jendelakita.my.id. - Pertemuan antara dua sungai besar, yaitu Sungai Lematang dan Sungai Musi, menyimpan potensi geografis dan ekonomi yang luar biasa bagi daerah sekitarnya. Di titik pertemuan dua sungai tersebut, terdapat tiga kabupaten yang saling berdekatan, yaitu Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), dan Kabupaten Banyuasin. Ketiga kabupaten ini memiliki peluang besar untuk bekerja sama dalam mengembangkan wilayah pertemuan sungai tersebut agar dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing. Potensi alam, keindahan panorama sungai, serta kegiatan ekonomi masyarakat di sekitarnya dapat menjadi aset strategis apabila dikelola dengan baik dan terintegrasi.
Salah satu gagasan yang dapat diwujudkan bersama adalah pembangunan jembatan penghubung antara ketiga kabupaten tersebut. Pembangunan jembatan ini bukan hanya berfungsi sebagai sarana transportasi dan akses ekonomi, tetapi juga sebagai simbol kerja sama antarwilayah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Infrastruktur penghubung tersebut tentu perlu dibarengi dengan peningkatan sarana pendukung lainnya agar kawasan ini mampu menarik minat wisatawan lokal maupun internasional. Pembangunan yang terencana dengan baik dapat menjadikan kawasan muara Sungai Lematang dan Musi sebagai destinasi wisata unggulan berbasis alam dan budaya lokal.
Sarana pendukung yang dimaksud antara lain adalah pelebaran jalan dan perbaikan akses menuju kawasan tersebut. Misalnya, jalan yang menuju Kecamatan Sungai Rotan perlu diperlebar agar lebih mudah dilalui oleh kendaraan wisata maupun angkutan barang. Dengan akses jalan yang memadai, mobilitas masyarakat dan kegiatan ekonomi dapat meningkat secara signifikan. Selain itu, di Kabupaten Muara Enim sendiri telah tersedia pelabuhan angkutan sungai, yang menunjukkan adanya aktivitas ekonomi masyarakat yang cukup dinamis di wilayah ini. Pelabuhan tersebut dapat menjadi titik strategis bagi pengembangan jalur transportasi air antarkabupaten.
Namun demikian, potensi besar ini perlu diimbangi dengan peran serta masyarakat dalam menjaga lingkungan, terutama kebersihan sungai. Salah satu kebiasaan yang masih sering ditemui di daerah tersebut adalah masyarakat yang masih terbiasa membuang sampah ke aliran sungai. “Terlihat masih banyak sampah yang berserakan, karena di lokasi terdapat kalangan (pasar tradisional), yang secara berkala menjadi tempat terjadinya transaksi antara masyarakat sekitarnya.” Kondisi ini menggambarkan perlunya peningkatan kesadaran kolektif dalam menjaga kelestarian lingkungan sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan.
Momen inspiratif ini muncul ketika penulis bersama beberapa rekan sempat mengunjungi lokasi tersebut setelah menghadiri acara keluarga di Desa Tanding Marga, Kecamatan Sungai Rotan, Kabupaten Muara Enim. Dari kunjungan tersebut, terlihat jelas bahwa potensi wilayah di muara Sungai Lematang dan Musi sangat besar, baik dari sisi ekonomi, pariwisata, maupun sosial-budaya. Hanya saja, potensi ini memerlukan sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta untuk dapat dikembangkan secara optimal. Jika kolaborasi ini berhasil diwujudkan, maka kawasan pertemuan tiga kabupaten tersebut dapat menjadi contoh nyata bagaimana potensi alam dan budaya lokal mampu diolah menjadi kekuatan ekonomi baru yang berkelanjutan.
