Breaking News

Sedekahan Hari Raya Islam Desa Jamburejo

 

Penulis: Riza Pahlawan

(Tulisan Telah dipulikasikan berbentuk Buku dengan Judul "Dari Rejang Hingga Nugal Padi : Tradisi Budaya Masyarakat Musi Rawas" Antologi Karya Luaran Bimtek Kepenulisan Berbasis Konten Lokal yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Musi Rawas)


A.    Pendahuluan

Desa Jamburejo adalah salah satu desa yang berada di kawasan Kecamatan Sumber Harta Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan Indonesia. Luas wilayah Desa Jamburejo: 1062,5 Ha, terbagi dalam 6 Dusun. Desa Jamburejo berbatasan dengan sebelah utara dengan desa Sukarami, sebelah selatan dengan Desa Sukamaju, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumberasri dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Suka Mulya. Dilihat dari segi ekonomi yaitu mata pencaharian masyarakat Desa Jambu Rejo sangat bervariasi, namun sebagian besar bermata pencaharian bertani ada juga yang berkebun karet dan ada juga bertani sawit. Desa Jambu Rejo terdiri atas berbagai suku, yaitu Jawa, Dusun, dan Sunda (Putri, A. 2022). Melihat dari segi budaya dengan beragam suku Desa Jambu Rejo memiliki Tradisi yang cukup unik salah satu nya yaitu Sedekahan, acara silaturahmi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Dusun VI dan sebagian kecil Dusun V Desa Jamburejo.



Sumber: https://www.facebook.com/share/1CXjxkiMWj/ Gambar 1Prosesi Sedekahan


B.     Pembahasan

1.      Makna Sedekah dalam Tradisi Lokal

Sedekah merupakan kata yang sangat familiar di kalangan umat Islam. Sedekah diambil dari kata bahasa Arab yaitu “shadaqah”, berasal dari kata (sidiq) yang berarti “kebenaran”. Menurut peraturan BAZNAS No.2 tahun 2016, sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Namun, dalam konteks budaya masyarakat lokal Desa Jamburejo, sedekah tidak selalu dalam bentuk materi atau uang, melainkan dengan pemberian olahan berbagai jenis makanan untuk dinikmati bersama, disertai dengan niat baik dan supaya mempererat tali silaturahmi.

      Salah seorang tetua adat desa, Bapak Sulaiman, menuturkan: Sedekahan merupakan Tradisi silaturahmi mengunjungi tetangga, kerabat, untuk berkumpul dan saling memaafkan pada hari raya islam.” (Sulaiman, personal communication, 2025).

 

Sumber: Koleksi Penulis / Gambar 2. Penulis mewawancarai Tokoh Adat Desa Jamburejo


2.      Pelaksanaan Sedekahan

Sedekahan dilaksanakan setelah masyarakat muslim Jamburejo selesai melaksanakan solat Idul Fitri maupun Solat Idul Adha di masjid. Warga, sebelum hari lebaran akan mempersiapkan dan membuat berbagai jenis olahan makanan, minuman, untuk dihidangkan  kepada  tetangga, kerabat, dan para tamu. Mereka terlebih dahulu akan mendatangi rumah yang telah siap untuk menyedekahkan olahan makanan supaya dicicipi atau dimakan, setelah itu berpindah kerumah sebelahnya dan biasanya berkelompok hingga sampai rumah terakhir, yang mana kelompok pertama yaitu kebanyakan para bapak-bapak dan tetua adat yang terlebih dahulu akan memimpin mendoakan ahli rumah serta makanan yang telah  dihidangkan. Do’a yang dibacakan ialah do’a untuk keberkahan makanan, do’a selamat untuk semua, kesehatan keberkahan, di jauhinya segala penyakit. Kelompok selanjutnya berisi remaja baik laki-laki maupun perempuan yang masih lajang, lalu anak-anak, dan ibu-ibu.

Pada awalnya tradisi sedekahan sudah dilakukan terlebih dahulu oleh masyarakat Desa Suka Merindu Kecamatan STL Ulu Terawas, sekitar tahun 1960-an sebagian masyarakat desa tersebut meladang hingga ke desa Jamburejo, saat itu belum berdiri menjadi sebuah desa masih hutan dan semak belukar. Mereka membuka hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, dan menetap disebuah pondok kayu berpanggung. Sehingga mereka jarang kumpul kembali kedesa asalnya, dan saat perayaan hari raya islam tradisi tersebut dipakai juga oleh mereka yang tinggal diladang, berbaur satu sama lain dari pondok ke pondok kayu sekitarnya, lambat laun mereka menetap dan menjadi tradisi yang diturunkan ke anak, cucu mereka hingga sekarang.

Menurut Sulaiman, ahli rumah akan menyambut dengan baik, bersaliman untuk saling memaafkan, dan meminta para tamu untuk mencicipi apa yang telah dihidangkan. Tradisi ini merupakan sudah ada sejak nenek, buyut, zaman dulu dan mewariskannya ke anak, cucu. Dikarenakan zaman tersebut mereka hidup meladang, dengan membuka hutan menjadi lahan pertanian dan menetap tinggal di pondok, sehingga jarang ketemu, kumpul dengan kerabat. Pada saat perayaan hari raya idul fitri dan idul adha tiba, mereka akan berkumpul di satu desa atau satu dusun, salam-salaman, bermaafan, hingga makan bersama (Sulaiman, personal communication, 2025).


3.      Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sedekahan

Dalam Nilai Spiritual, Sedekah sekecil apapun, memiliki nilai yang besar. Setiap tindakan kebaikan dapat memberikan dampak positif, baik bagi penerima maupun bagi diri kita sendiri. Sedekah tidak hanya tentang dalam jumlah yang diberikan, tetapi juga niat dan ketulusan hati (Maznara.com, 2025). Tradisi ini menanamkan kesadaran akan pentingnya rasa syukur, dan keberkahan akan setiap rezeki yang diterima.

Dalam Nilai Sosial, setiap langkah kecil menuju kebaikan dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dengan berbagi, kita menciptakan lingkungan yang lebih positif dan saling mendukung dan dapat memperkuat rasa kebersamaan dalam msayarakat. Kegiatan ini menjadi momentum untuk menguatkan tali silaturahmi sesama warga, mempererat rasa kekeluargaan, mengembangkan empati, serta untuk saling memaafkan.

Nilai Pendidikan, membangun hubungan yang lebih baik dan menciptakan rasa saling percaya diantara kita, melatih anak-anak untuk bersikap sopan santun, dan menghargai makanan sebagai wujud syukur keapda Allah SWT.

Nilai Budaya, masyarakat Desa Jamburejo merupakan satu keluarga besar yang saling membina kehidupan bermasyarakat secara rukun dan damai. Sebagai warisan budaya yang menjadi warisan dan memperkaya khazanah tradisi islam lokal, menjadikan Jamburejo memiliki identitas yang kental dengan kearifan lokal.

Bapak Sulaiman tetua adat, mengatakan: “Tradisi ini merupakan sebagai warisan dari orang tua terdahulu yang diturunkan setiap generasinya, zaman dulu masyarakat masih banyak yang meladang untuk membuka hutan menjadi lahan pertanian dan memiliki pondok-pondok tempat tinggal dan jarak dengan pondok yang lain saling berjauhan, mereka banyak berasal dari masyarakat desa sukamerindu dan pada akhirnya menetap menjadi masyarakat desa jamburejo.” (sulaiman, personal communication, 2025).


4.      Tantangan dan Pelestarian Sedekahan

Sedekahan tidak hanya untuk berkumpul menyantap hidangan, ia mengikatkan kembali hubungan yang lama renggang, untuk saling memaafkan, dengan tali silaturahmi sebagai media pelengkapnya. Biasanya akan ada komunikasi yang mucul dengan berbagai candaan, celutupan kecil membuat suasana dalam menyambut hari raya islam menjadi hangat dan bahagia, tentunya ini awal untuk kembali fiitri setelah lama tidak berkumpul kembali.

Memelihara tradisi lokal tidak hanya tentang mempertahankan tetapi bagaimana tradisi tersebut supaya bisa hidup dan relevan seiring perkembangan zaman. Kolaborasi antar generasi harus ditingkatkan. Generasi tua dan muda harus bekerja sama, bukan berdiri di sisi yang berlawanan. Keduanya dapat belajar dari satu sama lain dan menemukan cara inovatif untuk menjaga tradisi tetap hidup dan relevan (Media Edukatif.com, 2024).

Generasi muda harus di depan dan tengah dalam usaha ini, bukan hanya sebagai penerima warisan, tapi sebagai pembawa obor ke depan. Berbagai solusi untuk melestarikan tradisi sedekahan diantaranya bisa melalui pendidikan dan kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya tradisi lokal. Ini bisa datang dari keluarga, sekolah, atau melalui kampanye di media sosial. Kebijakan untuk meningkatkan ketahanan budaya diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk aktif melestarikan dan mengembangkan kebudayaan lokal. Dengan demikian, masyarakat akan lebih tangguh dalam menghadapi pengaruh budaya asing yang masuk, sambil tetap menjaga identitas budaya aslinya (Kumparan.com, 2025).


C.    Penutup

Sedekahan hari raya islam di Jamburejo bukan sekedar kumpul. Ia adalah simbol keberlangsungan hidup agar terus menjalin tali silaturahmi, saling memaafkan, serta rasa kepedulian sesama manusia dan menjadi manifestasi ke generasi selanjutnya dalam melestarikan tradisi kearifan lokal. masyarakat Desa Jamburejo merupakan satu keluarga besar yang saling membina kehidupan bermasyarakat secara rukun dan damai. Sebagai warisan budaya yang menjadi warisan dan memperkaya khazanah tradisi islam lokal, menjadikan Jamburejo memiliki identitas yang kental akan kearifan lokal.

  

D.    Daftar Pustaka

BAZNAS, dan root. “Sedekah dan Keutamaan Orang yang Bersedekah - BAZNAS RI.” Diakses 26 Juni 2025. https://www.baznas.go.id/sedekah.

kumparan. “Cara Melestarikan Tradisi, Kearifan Lokal, dan Budaya Masyarakat di Indonesia.” Diakses 27 Juni 2025. https://kumparan.com/berita-hari-ini/cara-melestarikan-tradisi-kearifan-lokal-dan-budaya-masyarakat-di-indonesia-24LPDdaIJDw.

Sari, S., & Lubis, F. A. (2021). Analisis Pengelolaan Zakat,Infak, Dan Sedekah (ZIS) Untuk Meningkatkan Ekonomi Duafa: Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat Al-Washliyah Beramal Sumatera Utara, Medan. PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik (e- ISSN: 2797-0469), 1(04), Article 04.

Implikasi Instrumen Non-Zakat (Infaq, Sedekah, dan Wakaf) terhadap Perekonomian dalam Perkembangan Hukum Ekonomi Syariah | Al-Huquq: Journal of Indonesian Islamic Economic Law. (t.t.). Diambil 27 Juni 2025, dari https://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/alhuquq/article/view/3002

Aningsih, P., Hendrianto, H., & Syaputra, A. D. (2022). Pengaruh Kualitas Pelayanan Kinerja Bumdes Terhadap Upaya Pemberdayaan Masyarakat Jambu Rejo Kecamatan Sumber Harta Kabupaten Musi Rawas [Undergraduate, IAIN Curup]. https://e-theses.iaincurup.ac.id/2465/

Pengaruh Globalisasi Terhadap Minat Generasi Muda Dalam Melestarikan Kesenian Tradisional Indonesia | Jurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan. (t.t.). Diambil 27 Juni 2025, dari https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/glbctz/article/view/5616

Sulaiman (2025). Wawancara dengan bapak. Sulaiman, salah seorang tokoh adat jamburejo, pada tanggal 24 juni [Personal communication].

 


Biodata Penulis


Nama   : Riza Pahlawan
Tempat/tanggal lahir   : Jamburejo/ 17 Juli 2003
Alamat : Desa Jamburejo Kec. Sumber Harta
Status : Mahasiswa
Email  : oneriza03@gmail.com
Fb     : Riza PahLaone
Ig     : Riza Pahl1

Penulis adalah seorang mahasiswa aktif Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) semester IV UIN Al-Azhaar Lubuklinggau. Saya aktif mengikuti dan terjun di organisasi internal dan ekternal kampus, saat ini saya mendapat amanah sebagai Pemimpin Umum LPM Al-Uswah UIN Al-Azhaar Lubuklinggau Periode 2025-2026, Sekretaris Umum DEMA Kabinet Sahitya Raksa UIN Al-Azhaar Periode 2025-2026, Pengurus Pimpinan Komisariat PMII Ibnu Khaldun UIN Al-Azhaar 2025-2026, Wakil Ketua 1 PC IPNU Musi Rawas Masa Khidmat 2024-2026, dan Demisioner ketua HMPS MPI UIN Al-Azhaar Periode 2024-2025.