Cinta Setengah Biji Sawi
Penulis: H. Albar Sentosa Subari, S.H., S.U.
Jendelakita.my.id. - Atas permintaan anaknya, seorang laki-laki yang berhati bersih mendatangi seorang pertapa dengan maksud agar pertapa tersebut dapat memperlihatkan Allah kepadanya. Pertapa tua itu berpikir sejenak sambil memegang kumisnya yang beruban. "Apakah engkau mengerti apa yang kau katakan?" tanya sang pertapa menegaskan. "Ya, saya ingin Bapak memperlihatkan Allah kepada saya." Sang pertapa berkata tegas, "Hai laki-laki! Ketahuilah, Allah tidak dapat dilihat dengan alat penglihatan kita. Apakah engkau dapat menembus laut dengan hanya mempergunakan telunjuk yang cuma bisa dipergunakan untuk menembus air di dalam gelas?" Suara pertapa itu mantap dan jelas.
Sang pertapa melanjutkan bahwa seseorang hanya dapat melihat-Nya apabila Allah membuka hijab jiwanya, dan hijab itu akan terbuka apabila seseorang benar-benar mencintai-Nya. Laki-laki itu memohon, "Wahai pertapa yang saleh dan baik hati, tolong mintakan kepada Allah agar Dia memberikan kebahagiaan kecintaan-Nya." Sang pertapa menasihati, "Tunduk patuhilah kepada Allah, wahai laki-laki. Lalu mintalah cinta-Nya paling sedikit di antara yang sedikit," ucapnya sambil menarik tangannya pelan-pelan.
Laki-laki itu kemudian berkata, "Saya minta sebanyak satu dirham dari kecintaan-Nya." Sang pertapa menjawab, "O, itu terlalu rakus. Satu dirham masih terlalu banyak, ya seperempat dirham saja. Rendahkan dirimu, rendahkanlah." Ia kembali berkata, "Sebesar biji sawi dari kecintaan-Nya." Sang pertapa menimpali, "Itu masih banyak. Setengah biji sawi sajalah. Silakan, mungkin bisa." Pertapa itu pun menengadah ke langit dan berdoa, "Ya Allah, berilah dia setengah biji sawi dari kecintaan-Mu. Berilah Ya Allah."
Setelah sang pertapa berdoa, laki-laki itu bangun dari tempat duduknya dan pergi. Berhari-hari ia tidak pulang, hingga keluarganya mendatangi sang pertapa dan mengatakan bahwa laki-laki itu tidak diketahui keberadaannya. Pertapa itu terkejut dan bersama keluarga serta beberapa warga mencari laki-laki tersebut. Mereka kemudian mendapat kabar bahwa laki-laki itu telah menjadi gila dan pergi menuju sebuah gunung. Mereka menyusul ke sana dan melihat laki-laki itu berdiri di atas sebuah batu besar.
Anaknya berteriak penuh penyesalan, "Dosanya karena aku. Akulah yang memintanya memperlihatkan Allah kepadaku." Sang pertapa menoleh kepadanya dan berkata lirih, seakan berbicara pada dirinya sendiri, "Adakah kau lihat? Tidaklah kau saksikan bahwa setengah biji sawi dari kecintaan dan cahaya Allah cukup untuk menghancurkan susunan tubuh dan akal pikiran kita." Sang pertapa kemudian berkata bahwa laki-laki itu adalah orang yang mendapatkan setitik cinta-Nya, dan ia merupakan orang yang paling bahagia. Namun banyak manusia tidak menyadari bahwa mendapatkan bahkan setitik cinta Allah bukanlah perkara mudah.
Sang pertapa mengingatkan bahwa banyak orang berkata "saya sangat mencintai Allah", tetapi kebanyakan hanya di bibir. Ia kemudian mengutip pernyataan Imam Ghazali, "Barangsiapa yang mengklaim mencintai Allah SWT, sedangkan dia mengadukan bencana yang menimpanya, maka dia adalah pendusta." Ia juga menyampaikan perkataan Rabi'ah Al-Adawiyah, "Kau telah durhaka kepada Allah, sementara kamu menampakkan seakan-akan cinta Allah. Jika cinta-mu benar, pasti kamu akan mentaati-Nya, karena sesungguhnya orang yang cinta terhadap orang yang dicintai merupakan orang yang paling taat."
Akhirnya, ia mengingatkan firman Allah, "Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku" (QS. Ali Imran ayat 31). Sahabat, buktikanlah bahwa Anda benar-benar mencintai Allah.

