Pesta Ragam Budaya di SDN 64 Lubuklinggau: Karnaval Bertema Kebhinekaan Buka Semarak Sumpah Pemuda
![]() |
| Doc.Penulis |
Jendelakita.my.id. - Peringatan Hari Sumpah Pemuda di SDN 64 Lubuklinggau tahun ini diwarnai dengan semarak karnaval busana adat dan kebinekaan. Acara yang berlangsung meriah pada Jumat, 31 Oktober 2025 ini menjadi wujud nyata komitmen sekolah dalam menanamkan nilai persatuan di tengah keberagaman.
Seluruh siswa, siswi, dan guru menampilkan kreasi busana terbaik mereka. Halaman sekolah dipenuhi warna-warni dari berbagai daerah, mulai dari pakaian adat tradisional yang megah, batik nusantara yang elegan, busana muslim yang santun dan syar’i, hingga pakaian profesi dan berbagai kreasi unik lainnya. Suasana tampak ceria dan penuh semangat, disempurnakan dengan cuaca cerah yang menjadikan karnaval ini sebagai parade Bhinneka Tunggal Ika mini di Kota Lubuklinggau.
Kemeriahan karnaval dilanjutkan dengan “Panggung Ekspresi Generasi Muda” yang menampilkan bakat terbaik siswa dari berbagai ekstrakurikuler. Penampilan yang paling dinantikan adalah dari eskul Pramuka dan Tari. Anggota Pramuka menampilkan hasil latihan intensif mereka yang menunjukkan kedisiplinan serta keterampilan dasar kepanduan. Sementara itu, siswa yang tampil dalam tarian daerah mempersembahkan gerak dan busana yang indah sebagai bentuk pelestarian kekayaan budaya Indonesia.
Selain penampilan ekstrakurikuler, acara juga diramaikan dengan seni verbal yang mengasah kecintaan terhadap bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Beberapa siswa membacakan puisi bertema perjuangan dan persatuan, sementara yang lain tampil dalam sesi bercerita (story telling) dengan kisah klasik “Malin Kundang” sebagai inspirasi agar anak-anak senantiasa berbakti kepada orang tua.
Kepala SDN 64 Lubuklinggau menyatakan bahwa perayaan Sumpah Pemuda melalui karnaval dan panggung seni ini merupakan cara sekolah menegaskan kembali moto “Kami meyakini bahwa kemajuan kota berawal dari ruang kelas.”
“Perayaan ini adalah wadah bagi siswa untuk mengembangkan bakat mereka, mulai dari kedisiplinan dalam Pramuka, kepekaan seni dalam menari dan puisi, hingga kemandirian dalam menyiapkan busana. Kami membentuk generasi yang utuh: cerdas, berkarakter, dan bangga menjadi bagian dari Indonesia,” tegasnya.
Acara ini pun sukses menjadi momentum pemersatu, di mana perbedaan busana, suku, dan bakat justru menjadi kekuatan yang menggemakan kembali semangat persatuan para pemuda tahun 1928.

