Breaking News

Minat Baca Anak Muda di Era Modern: Hanya 0,001 Persen, Indonesia Darurat Literasi


Jendelakita.my.id. - Minat membaca buku di kalangan anak muda Indonesia berada pada titik yang sangat rendah. Berdasarkan data dari UNESCO, hanya sekitar 0,001 persen masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca tinggi. Angka ini mencerminkan bahwa dari 1.000 orang, hanya satu yang benar-benar gemar membaca.

Generasi muda menjadi kelompok paling terdampak. Di tengah dominasi media sosial dan konten digital, anak muda lebih banyak menghabiskan waktu untuk scrolling daripada membaca buku. Rata-rata waktu membaca buku hanya delapan menit per hari, jauh tertinggal dibandingkan waktu penggunaan internet yang mencapai delapan jam per hari.

Fenomena rendahnya minat baca ini terjadi secara nasional, namun lebih terasa di daerah-daerah dengan akses terbatas terhadap buku dan fasilitas literasi. Perpustakaan Nasional mencatat bahwa meskipun ada peningkatan skor Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) dari 63,90 poin pada tahun 2022 menjadi 66,77 poin pada tahun 2023, tantangan literasi masih besar.

Penurunan minat baca mulai terlihat sejak dekade terakhir seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi digital dan pergeseran gaya hidup anak muda. Buku fisik mulai tergeser oleh konten visual dan audio yang lebih instan.

Rendahnya minat baca berdampak langsung pada kemampuan berpikir kritis, daya nalar, dan kualitas sumber daya manusia. Tanpa budaya membaca yang kuat, generasi muda berisiko kehilangan kemampuan analitis dan literasi yang dibutuhkan untuk bersaing di era global.

Pemerintah, sekolah, dan keluarga perlu berkolaborasi untuk membangun ekosistem literasi yang menarik bagi anak muda. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain menyediakan akses buku fisik dan digital yang mudah serta gratis, mengintegrasikan kegiatan membaca dalam kurikulum dan aktivitas sekolah, menghadirkan konten bacaan yang relevan dan sesuai minat anak muda seperti novel grafis, cerita fiksi populer, serta biografi tokoh inspiratif, dan mendorong komunitas literasi serta kampanye membaca di media sosial.

Data UNESCO dan Perpustakaan Nasional RI dikutip dari [Kompas.com] dan [Perpusnas.go.id].