Breaking News

Jauh Tapi Dekat, Dekat Tapi Jauh

Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Begitu nasihat dari tokoh pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara. 

Tulisan ini mencoba menurunkan makna kata di atas tentunya akan tidak sama persis di saat beliau memberikan makna kalimat tersebut. Karena persoalan pendidikan saat itu sudah jauh berbeda baik pola maupun etika berinteraksi antara murid dan guru.

Semua nya itu akan tergambar dari hasil Budi dan Daya manusia (murid dan guru), dalam menghadapi tantangan alam dan zaman.

Apalagi dalam dunia Nia serba modern baik tekhnologi nya maupun pergeseran pergeseran nilai etika satu sama lain., semakin lama semakin hampir bebas di dalam berkomunikasi tentu dampaknya ada positif ataupun negatif.

Belum lagi pola pola pendidikan yang menjadi konsep kementerian maupun dinas dinas yang terkait baik di tingkat pusat dan atau di tingkat daerah. Tentu ini akan mempengaruhi perkembangan perkembangan kebudayaan khususnya kebudayaan dalam dunia pendidikan.

Contohnya dulu, seingat penulis saat masih duduk di sekolah rakyat (istilah zaman itu , sekolah dasar istilahnya sekarang). Pendidikan Budi pekerti , etika saat akan dan sedang berinteraksi sesama manusia (tua muda, laki laki perempuan dan lain lain) di ajarkan cara bersopan santun. Dampak sampai sudah menjelang usia 70 tahun cara cara yang diajarkan saat itu masih teringat dengan jelas bahkan masih dapat dipraktikkan.

Coba bandingkan dengan generasi sekarang yang Visi misinya memang pola sudah berubah dengan mengutamakan pola rasional yang dikejar adalah ilmu dan tekhnologi berdampak adab semakin menipis. Tentu ini saling harga menghargai sebagai makhluk sosial yang diciptakan oleh Allah akan semakin jauh.

Lihat dan dengar saja peristiwa peristiwa tindak pidana antar peserta didik, baik berupa mem-bully-nya (istilah sekarang), maupun lebih kejam lagi dengan kejahatan pembunuhan dan lain sebagainya.

Belum lagi sikap timbal balik antara guru dan murid, semua dijadikan standar adalah "untung rugi", untung tidak selamanya berupa benda atau bernilai uang. Banyak kasus a susila antara murid dan guru, atau sesama guru ataupun mungkin sesama siswa; itu bukan asing lagi kita baca dan dengar di media media sosial baik cetak maupun elektronik yang dengan mudah kita eksis.

Kembali dengan judul artikel kita di atas: kalau kita kaji ulang alangkah dalam nya makna ajaran Ki Hadjar Dewantara tadi yaitu JAUH TAPI DEKAT, DEKAT TAPI JAUH.

Jauh Tapi Dekat makna bahwa hubungan guru dengan murid itu, seperti dua sosok manusia yang satu sama lain berbeda baik umur, pendidikan dan lain lain, namun dalam berinteraksi saat proses belajar mengajar saling mencintai dan ikhlas memberikan ilmu atau mentransfer ilmu kepada anak didik. Tanpa memiliki motivasi motivasi yang lain.

Dekat Tapi Jauh. Dalam berinteraksi selama proses belajar baik di dalam maupun di luar jam jam sekolah masing masing masih mempunyai hubungan emosional saling hormat menghormati dan saling harga menghargai. Tapi tetap jauh dengan menjaga nilai nilai etika yang berlaku dalam dunia pendidikan khususnya dan etika pergaulan umumnya. Dengan momen sekarang di bulan Mei setiap tahun kita merayakan hari pendidikan Nasional (2 Mei), tentu kita tidak terlepas dari sosok seorang pejuang pendidikan dan kebudayaan yaitu bapak ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan Taman Siswa. Yang saat itu mempunyai visi misi agar seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dapat menikmati pendidikan di sekolah sekolah.

Dengan cara sesuai saat itu mendirikan lembaga lembaga pendidikan yang seadanya sesuai kondisi awal kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Namun yang penting seluruh warga negara Indonesia harus maju dalam pendidikan. Baik formal maupun informal dengan tetap menjaga etika sopan santun yang tergambar dalam semboyan yang sudah kita uraikan sedikit yaitu semboyan "Jauh tapi dekat, Dekat Tapi Jauh".

Seiring etika penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak ki Prof. Iman Sudiyat SH guru besar hukum adat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang telah memberikan ilmu hukum adat acara umumnya, namun yang sangat penting untuk dikenang beliau juga memberikan wejangan wejangan tentang ajaran Ki Hadjar Dewantara+ beliau murid penerus Ki Hadjar Dewantara). Itu bukan hanya teori namun secara praktek beliau ajarkan mempraktekkan semboyan tadi (jauh tapi dekat, dekat tapi jauh).. Beliau memanggil saya dengan panggilan bahasa yang indah dengan sebutan MAS Albar (simbol kedekatan). Tapi simbol ke menjaga jarak " jauh", contohnya kalau berjanji harus tempat waktu. Tidak boleh kurang atau lebih dari waktu yang telah disepakati.

Karena suatu hari saya terlambat, satu menit, beliau sudah ada diruang. Beliau marah pura pura seperti tanpa janji, dia bilang kita kan janji misalnya pukul 9 pagi, sekarang sambil melihat jam sudah pukul sembilan lima menit.

Begitulah contoh contoh kebudayaan yang bernilai harus dilestarikan.

Bukan seperti sekarang, rapat atau pertemuan apapun bisa molor waktu nya. Itu bukan saja di masyarakat akar rambut. Tapi bisa dan sering terjadi di kantor kantor dinas pemerintahan ataupun swasta. Seperti tidak menjadi soal.***

*) Penulis adalah Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan