Breaking News

Objek Wisata Belum Menarik Bagi Wisatawan

Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Ada pepatah dari phuyang dahulu yang mengatakan bahwa kalau kita mau mengumpulkan makhluk hidup, seperti ambil contoh semut. Maka tidak usah dipanggil secara aktif, tetapi pasif saja. Bagaimana caranya: TABURKAN GULA, pasti dalam waktu sekejap mata semut akan berdatangan. Begitu sebaliknya permisalan strategi bagi kita untuk memancing para wisatawan baik lokal apalagi wisatawan mancanegara.

Menurut pengamatan saya selaku pemerhati sosial budaya, memang mau tidak mau setuju atau tidak; objek objek wisata yang ada di Sumatera Selatan baik yang di dalam kota ataupun di luar kota , sangat memprihatikan.

Contoh nya kita ambil lokasi wisata budaya, BUKIT SIGUNTANG, mulai dari pintu masuk di muka pintu gerbang yang mengarah ke jalan di samping jalan Putri Kembang Dadar. Kesannya semerawut, kita lihat di lapangan masih berdiri tiang tiang besi entah tiang telpon atau pln, berdiri kokoh, yang menghalangi mobil kendaraan untuk masuk, apalagi untuk kendaraan besar bis pariwisata, dan dampak terhadap masyarakat umum juga menimbulkan kemacetan di jalan Sultan Muhammad Mansyur.

Di samping tiang tiang besi tersebut, masih terpasang iklan beberapa lembaga, termasuk poster poster sisa kempanye. Lebih parahnya lagi ada pedagang pedagang yang membuka lapak. Apakah ini tetap di biarkan????.

Belum lagi dari sisi keamanan lingkungan, banyak dinding beton (pagar) yang membatasi dari lokasi pemukiman warga: dalam kondisi tidak kalah prihatin nya, dinding berlubang (jebol dapat dilalui penjahat), ada yang ditutup sekedar dengan kepingan seng dan lain nya.

Untuk lokasi di luar kota memang sarana menuju ke lokasi objek wisata sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan secara leluasa antara lain jarak tempuh memakai alat transportasi darat memakan waktu 8-10 jam kalau lancar.

Sampai di lokasi yang dilihat adalah satu fokus objek saja misalnya di Pagaralam, Danau Ranau, Bukit Serelo, Waterpank Linggau. Masih banyak lokasi wisata yang belum menarik untuk dipromosikan.

Belum lagi tindak kejahatan di lokasi wisata, wisatawan lokal saja takut untuk datang ke sana apalagi saat malam hari untuk menikmati keindahan jembatan Ampera yang dikelilingi oleh jembatan Musi 4 dan Musi 6. Perasaan takut untuk berlama lama. Nanti ada tindakan kejahatan dan lainnya.

Begitulah kondisi objek wisata yang ada di Sumatera Selatan. Pertanyaan nya apakah ini yang menjadi salah satu pertimbangan sehingga perubahan status Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dari status Bandara internasional turun kelas menjadi status Bandara domistik. Allah hualam.

Tapi yang jelas secara teoritis dan fakta kuantitatif nya jumlah angka kedatangan turis asing sepanjang tahun 2023 hanya 23 wisatawan (BPS Sumatera Selatan- dan selama tahun ini sampai April 24 baru 2 orang.) berita harian lokal 27 April 24.

Setidaknya nya ini akan menjadi variabel yang mempengaruhi atas kebijakan pemerintah yang menurunkan status Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.

Informasi informasi yang  menakutkan ini pasti tersebar ke seluruh dunia, melalui postingan postingan wisatawan wisatawan tadi. Baik melalui media Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya. Sehingga patut di duga ada korelasinya satu sama lain.***

*) Penulis adalah Ketua Pembina Adat Sumatera Selatan