Budaya, Merubah Pola Pikir / Modal Mental
Opini Oleh: Albar Sentosa Subari*)
JENDELAKITA.MY.ID - Peter
Senge dalam Sayidiman Suryohadiprojo mendefinisikan model mental sebagai "semua
asumsi, generalisasi, bahkan gambaran yang tersimpan kuat dalam pikiran dan
perasaan sehingga mempengaruhi segala tindakan, perilaku dan pandangan tentang
kehidupan dan dunia pada umumnya".
Hubungannya dengan budaya atau kultur adalah bahwa budaya
berada pada tingkat makro, sedangkan mental pada individu dan kelompok individu
atau tingkat micro.
Suatu bangsa untuk maju diperlukan model mental yang membuat
dunia usaha sukses. Hanya dunia sukses yang menciptakan pertumbuhan ekonomi.
Adapun pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk mengutamakan
prioritas biaya pendidikan, kesehatan, pembuatan prasarana dan lain nya.
Guna mencapai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat luas.
Namun, yang menjadi amat menentukan adalah model mental yang
mampu membuat inovasi melalui tindakan nyata.
Umumnya orang sudah memahami bahwa harus bersikap begini dan
begitu untuk maju.
Akan tetapi tidak jarang pemahaman saja tidak menghasilkan
perubahan karena orang itu tidak sanggup mengubah satu hal yang sudah lama ada
padanya.
Contoh yang sederhana: semua orang paham bahwa tepat waktu
merupakan syarat bagi efektivitas kerja.
Akan tetapi, sangat sedikit pemimpin, termasuk kalangan muda
terpelajar, yang secara sadar dan konsekuen menerapkan hal itu.
Jadi pemahaman saja tidak mengubah model mental menjadi
lebih sesuai dengan kemajuan. Yang diperlukan adalah kesediaan dan kemampuan
meninggalkan model mental lama, termasuk perilaku dan cara berfikir, yang tidak
cocok dengan kemajuan; sebaliknya menerapkan model mental baru yang sesuai
dengan tuntutan kemajuan.
Semula orang berharap pemerintah yang mempunyai legitimasi
akan membawa perubahan yang meliputi semua aspek kehidupan untuk mewujudkan
kemajuan di segala bidang. Terutama diharapkan adanya perbaikan ekonomi yang
sejak tahun 1997 telah amat terpuruk.
Bukan kah Indonesia tersohor sebagai bagian planet bumi yang
kaya raya dengan segala macam sumber daya alam. Dulu Belanda menjadi kaya
karena mengekplorasi kekayaan bumi Indonesia.
Betapa kita kecewa ketika kemudian ternyata segala harapan
itu tidak terkabul. Bahkan sebaliknya yang terjadi, yaitu penghasilan rakyat
umumnya makin menurun akibat makin merosot nya ekonomi nasional dan politik
nasional yang serba kacau.
Pemerintah Soekarno berakhir secara tragis disertai inflasi
yang melebihi 600 persen (Sayidiman Suryohadiprojo, 2016).
Masa Soeharto menjadi terkenal sebagai bangsa yang korupsi
nya tertinggi di dunia (Ibid).
Namun, seperti sudah diketahui semua, ternyata reformasi
tidak menghasilkan hal hal yang diharapkan.
KKN yang dianggap dosa besar pada pemerintahan terdahulu
ternyata tidak kunjung diakhiri oleh pemerintahan yang legitimate.
Stace Lindsay dalam bukunya Culture Matters (Lawrence E.
Harrison dan Samuel P. Huntington, Basic Books, 2000) dalam Sayidiman
Suryohadiprojo, mengatakan bahwa yang diperlukan satu bangsa untuk maju adalah
MODEL MENTAL.
Kalau terjadi perubahan model mental secara luas dalam
masyarakat, dengan sendirinya terjadi perubahan dalam budaya bangsa, maka perlu
kita usahakan agar terjadi PERUBAHAN atau mereformasi kembali dalam model
mental manusia Indonesia.
Usaha demikian merupakan perjuangan konkret membangun masa
depan, dan ini harus dapat dilakukan sekali pun bangsa kita sedang menghadapi
kondisi politik dan ekonomi yang jauh dari memuaskan.
Sebaliknya, justru usaha demikian yang memberikan harapan
bagi masa depan yang lebih baik.
Telah terbukti kebenaran pepatah bahwa satu bangsa
memperoleh kepemimpinan sesuai dengan kondisinya (A nation get the leaders it deserves)
artinya, bangsa yang terdiri atas manusia manusia yang tangguh akan mendapatkan
pemimpin yang tangguh pula.
Sebaliknya, kalau manusia Indonesia lemah fisik dan mental
nya, kita tak usah heran mendapatkan pemimpin yang tidak baik pula.
Adalah penting sekarang untuk meluaskan kesadaran ini dan
mengajak semakin banyak manusia Indonesia, laki laki dan perempuan, untuk ikut
serta dalam perjuangan ini yang akan menentukan masa depan Indonesia.
Tahun 2024 adalah tahun pemilihan umum yang kesekian kalinya
tentu kita menginginkan negara dan pemerintahan eksekutif maupun legislatif
yang dapat memegang amanah Rechtside dalam Pembukaan UUD NKRI tahun 1945,
sebagai wasiat pendiri bangsa Indonesia.
Mudah mudahan in-sya- Allah tercapai masyarakat yang dicita-citakan
sejak 17 Agustus 1945. Masyarakat yang adil dan makmur serta makmur
dalam berkeadilan. ***
*) Penulis adalah Ketua
Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan