Mencari Kebahagiaan, Ketenangan atau Ketentraman dalam 3 Macam Ibadah
![]() |
Penulis Bersama Imam Masjid Blue Turki Usmani 2013 |
Oleh: Drs. H Syaiful Bahri*)
JENDELAKITA.MY.ID – Kita manusia diciptakan oleh
Alloh yang memiliki hati, tempat pancaran cahaya Ilahi.
Kalau cahaya itu memancar, maka terpancarlah cahaya islam,
iman, dan ihsan.
Hati yang paling dalam disebut syir.
Cahaya hati manusia, setiap manusia itu ada pancaran.
Ada yang bisa memancar, ada yang tertutup pancaran cahaya
itu.
Laksana di langit, matahari, bulan bintang cahayanya tidak
pernah padam.
Tetapi karena ada awan yang menutupi, atau matahari karena
gerhana, maka tidak terpancar cahaya nya padahal cahaya itu ada.
Begitu juga hati manusia, mengapa dia tidak terpancar cahaya
nya karena tertutup berbagai sifat yang ada di diri manusia itu sendiri
sehingga hati tidak bercahaya.
Yang menutup hati itu, yaitu ada 4 sifat yang harus dibuang;
Pertama, sifat sombong.
Kedua, sifat pemarah.
Ketiga, sifat iri hati.
Keempat, sifat dengki.
Inilah sifat-sifat yang menutupi hati tidak bercahaya
sehingga dia tidak ada kebahagiaan, ketentraman, dan ketenangan.
Selama ini kita melaksanakan ibadah, tidak terasa kebahagiaan,
ketentraman, dan ketenangan karena cahaya Alloh tidak ada ditutup oleh
penyakit-penyakit yang disebut tadi.
Maka oleh karena itu kita, untuk merasa bahagia, untuk
merasa ketentraman dan ketenangan, maka penyakit yang ada di hati kita harus
dibuang semua.
Oleh karena itu, mari kita mencari kebahagiaan dalam ritual
melaksanakan ibadah seperti shalat, dzikir, dan membaca alqur’an.
Jadi tempat-tempat kita mencari kebahagiaan, bukan di
tempat-tempat yang menurut akal kita seperti tempat pariwisata, tempat maksiat,
tempat perjudian dan tempat lainnya.
Jadi untuk membangkitkan cahaya yang ada didalam hati,
antara lain;
Pertama, menghilangkan 4 penyakit yang disebutkan.
Kedua, dengan dzikrullah menggunakan kata Alloh dan tidak
menggunakan jumlah tetapi yang dipakai adalah waktu.
Semakin lama kita berdikir maka mudah-mudahan hati kita akan
terbuka.
Jadi metodenya adalah menyebut nama Alloh adalah durasi
bukan jumlah dengan menggunakan suara untuk mengetuk hati laksana besi yang
sudah berkarat maka dengan ketukan kalimat Alloh maka hati akan memancar
cahayanya.
Karena kalau hati berkarat maka cahaya Alloh tidak akan
terpancar.
Kalau hati ayng sudah bersih, cahayanya akan memancar dan
akan terasalah kebahagiaan ketika melaksanakan ibadah seperti shalat, membaca
Alqur’an dan berdzikir.
Dengan berdzikir, membaca Alqur’an, melaksanakan Shalat maka
kita akan merasakan kebahagiaan, ketentraman, dan ketenangan yang senantiasa
didambakan oleh kita semua.
Intinya carilah kebahagiaan, ketentraman, dan ketenangan di
dalam shalat, ketika dzikir, dan ketika kkita membaca Al-Qur’an.***
*) Penulis adalah Ulama Kota Lubuklinggau