Breaking News

Konsistensi Kejujuran dan Bahaya Dusta

 


Tulisan oleh : H. Abdul Haris Helmi


Jendelakita.my.id. -  Kejujuran merupakan salah satu akhlak mulia yang menjadi pondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Sebaliknya, dusta adalah sifat tercela yang menjadi akar dari berbagai dosa dan kerusakan moral. Rasulullah saw. bersabda:

“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang senantiasa jujur hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Seseorang senantiasa berdusta hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa kejujuran adalah jalan menuju ridha Allah swt. dan surga, sedangkan dusta merupakan jalan menuju kemurkaan-Nya dan neraka.

Definisi Kejujuran

Secara bahasa, jujur (as-sidqu) berarti kesesuaian antara ucapan, perbuatan, dan niat dengan kenyataan. Dalam istilah syariat, Imam al-Ghazali dalam Iḥya’ ‘Ulum ad-Din menjelaskan bahwa kejujuran adalah kesesuaian antara lahir dan batin, antara ucapan dan perbuatan, serta antara sesuatu yang diberitakan dengan kenyataannya.
Dengan demikian, kejujuran bukan hanya berbicara benar, tetapi juga meliputi konsistensi hati, ucapan, dan perbuatan.

Pentingnya Kejujuran

a. Ciri utama orang beriman.
Abdullah bin Mas‘ud ra. berkata:

“Seorang mukmin dapat bertabiat dengan berbagai kekurangan, kecuali khianat dan dusta.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)

Seorang mukmin mungkin saja memiliki kelemahan manusiawi seperti mudah marah, takut, atau lalai, tetapi tidak mungkin memiliki sifat khianat dan dusta, karena kedua sifat ini bertentangan dengan keimanan yang sejati. Bila dusta dan khianat menjadi kebiasaan, hal itu menunjukkan lemahnya iman bahkan mendekati sifat munafik.

b. Awal dari segala kebaikan.
Rasulullah saw. bersabda:

“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa kejujuran adalah sumber segala kebaikan. Orang yang membiasakan diri berkata jujur akan selalu diarahkan menuju birr (ketaatan dan kebajikan), hingga akhirnya memperoleh surga. Sebaliknya, dusta membuka jalan menuju kefasikan dan maksiat. Imam Nawawi menjelaskan bahwa kejujuran dan kedustaan dapat menjadi sifat yang menetap, hingga seseorang dikenal di sisi Allah dengan sifat tersebut.

c. Teladan Rasulullah saw.
Sejak muda, Rasulullah saw. telah dikenal masyarakat Quraisy sebagai al-Amîn (yang terpercaya). Gelar ini menunjukkan bahwa beliau tidak pernah berdusta, bahkan sebelum menjadi Nabi. Kejujuran dan amanah beliau menjadi bukti kuat atas kebenaran risalah Islam. Musuh-musuh beliau pun tidak mampu membantah kejujurannya. Abu Sufyan, saat masih kafir, bahkan mengakui di hadapan Raja Heraklius bahwa Muhammad saw. tidak pernah berdusta.

d. Menumbuhkan kepercayaan sosial.
Kejujuran memperkuat hubungan sosial, menumbuhkan rasa saling percaya, dan menjadi dasar tegaknya amanah dalam masyarakat.

Macam-Macam Kejujuran

a. Jujur dalam ucapan, yaitu mengatakan sesuatu sesuai fakta.
Contohnya, seorang penggembala yang menolak menjual kambing milik tuannya kepada Abdullah bin Umar karena bukan haknya, menunjukkan kejujuran sejati.

b. Jujur dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara kata dan tindakan.
Imam Abu Hanifah, misalnya, dikenal sangat jujur dalam berdagang. Ia selalu memberitahukan cacat barang yang dijualnya agar pembeli tidak tertipu.

c. Jujur dalam niat, yakni ikhlas dalam beramal, tidak riya, dan tidak mencari pujian.

d. Jujur dalam janji, yaitu menepati kesepakatan dan tanggung jawab yang telah diucapkan.

e. Jujur dalam komitmen iman.
Bilal bin Rabah ra. adalah contoh nyata. Meskipun disiksa dengan batu besar di atas dadanya oleh tuannya, Umayyah bin Khalaf, ia tetap teguh mengatakan, “Ahad, Ahad” (Allah Yang Maha Esa), menolak untuk murtad. Itulah puncak kejujuran dalam iman.

Cara Menjaga Konsistensi Kejujuran

a. Menguatkan iman dan rasa muraqabah (merasa selalu diawasi Allah swt.):

“Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4)

b. Membiasakan berkata benar meskipun pahit.
Rasulullah saw. bersabda:

“Katakanlah yang benar walaupun pahit.” (HR. Ibnu Hibban)

c. Menghindari dorongan untuk berbohong, seperti keinginan mencari keuntungan duniawi, takut rugi, atau kehilangan wibawa.

d. Menjadikan Rasulullah saw. sebagai teladan utama.

e. Bergaul dengan orang-orang jujur agar kejujuran menjadi kebiasaan.

Buah dari Kejujuran

a. Mendapat ketenangan hati.
Orang yang jujur hidupnya tenang, tidak perlu takut terbongkar, dan tidak diliputi kegelisahan seperti pendusta yang harus terus menutupi kebohongannya.

b. Mendapat kepercayaan.
Kejujuran adalah modal sosial yang sangat berharga. Dengan kejujuran, seseorang akan dipercaya, dihormati, dan disegani. Sekali kehilangan kejujuran, rusaklah reputasi dan kepercayaan masyarakat.

c. Dianugerahi derajat tinggi di sisi Allah.

“Inilah hari ketika kebenaran orang-orang yang benar memberi manfaat bagi mereka. Bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...” (QS. Al-Maidah: 119)

Orang yang konsisten dalam kejujuran akan dicatat oleh Allah sebagai as-shiddîq, seperti Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Allah berfirman:

“Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang saleh.” (QS. An-Nisa: 69)

Perkataan Ulama tentang Kejujuran

Umar bin Khattab ra. berkata:

“Kejujuran yang menjatuhkanku lebih aku sukai daripada kebohongan yang mengangkat derajatku, meskipun sedikit yang mampu melakukannya.” (Adab ad-Dunya wa ad-Din, Al-Mawardi)

Imam Hasan al-Banna menegaskan:

“Berkatalah jujur dan jangan sekali-kali berbohong.” (Wajibat al-Akh)

Syekh Hasyim Asy‘ari dalam Adab al-‘Alim wa al-Muta‘allim berkata:

“Seorang penuntut ilmu hendaknya menjauhi kebohongan dan membiasakan diri jujur dalam seluruh ucapan serta perbuatannya, karena kebohongan adalah seburuk-buruk akhlak, sedangkan kejujuran adalah sebaik-baik akhlak.”

Buya Hamka dalam Tasawuf Modern juga menulis:

“Kejujuran adalah dasar dari segala kebaikan. Orang yang jujur hidupnya tenang, hatinya bersih, dan dihargai orang lain. Sedangkan kebohongan, walaupun kecil, akan meruntuhkan harga diri dan meracuni jiwa.”