Manusia dalam Al-Qur'an
Penulis: H. Albar Sentosa Subari, S.H., S.U.
Jendelakita.my.id. - Apa yang dikatakan Al-Qur'an tentang manusia? Tidak sedikit ayat yang berbicara tentang manusia, bahkan manusia adalah makhluk pertama yang disebutkan dua kali dalam rangkaian wahyu. Pertama, dalam Surah Al-'Alaq (QS 96:1–5), manusia sering mendapat pujian dari Tuhan. Dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, ia memiliki kapasitas yang paling tinggi (QS 11:3), serta memiliki kecenderungan untuk dekat kepada Tuhan melalui kesadarannya tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh di bawah alam sadarnya (QS 30:43). Manusia diberi kebebasan, kemerdekaan, serta kepercayaan penuh untuk memilih jalannya masing-masing (QS 33:72; 76:2–3). Ia juga diberi kesabaran moral untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk, sesuai dengan nurani mereka atas bimbingan wahyu (QS 91:7–8).
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah dan diberi kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lainnya (QS 17:70), serta ia pula yang telah diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS 95:4). Namun, di sisi lain, manusia juga mendapat cercaan Tuhan. Ia amat aniaya dan mengingkari nikmat (QS 14:34), serta sangat banyak membantah (QS 22:67). Ini bukan berarti bahwa ayat-ayat Al-Qur'an bertentangan satu sama lain, melainkan menunjukkan potensi manusiawi untuk menempati tempat terpuji, atau meluncur ke tempat yang rendah sehingga tercela.
Al-Qur'an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah. Kemudian, setelah sempurna kejadiannya, Tuhan menghembuskan kepadanya ruh ciptaan-Nya (QS 38:71–72). Dengan "tanah", manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam sebagaimana makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia membutuhkan makan, minum, hubungan seksual, dan sebagainya. Namun, dengan "ruh", ia diarahkan menuju tujuan non-materi yang tak berbobot, tak bersubstansi, dan tidak dapat diukur di laboratorium atau bahkan dikenal oleh alam material.
Dimensi spiritual inilah yang mengantar manusia untuk cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dan sebagainya. Dimensi ini membawa mereka kepada suatu realitas yang Maha Sempurna, tanpa cacat, tanpa batas, dan tanpa akhir. Dengan berpegang pada pandangan ini, manusia akan berada dalam satu alam yang hidup, bermakna, serta tak terbatas, yang dimensinya melebar keluar melampaui dimensi "tanah" atau dimensi material itu.
Al-Qur'an tidak memandang manusia sebagai makhluk yang tercipta secara kebetulan atau sebagai hasil dari kumpulan atom. Sebaliknya, manusia diciptakan setelah sebelumnya direncanakan untuk mengemban satu tugas: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi" (QS 2:30). Ia dibekali dengan potensi dan kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan di dunia ke arah yang lebih baik (QS 13:11), serta ditundukkan dan dimudahkan alam raya kepadanya untuk dikelola dan dimanfaatkan (QS 45:12–13). Di samping itu, ditetapkan pula arah yang harus dituju (QS 51:56), serta dianugerahkan kepadanya petunjuk untuk menjadi pelita dalam perjalanan tersebut (QS 2:38).