Breaking News

Jaga Stabilitas Harga, Wakil Wali Kota Lubuk Linggau Ikuti Rakor Inflasi Nasional 2025


Jendelakita.my.id. - Wakil Wali Kota Lubuk Linggau, H. Rustam Effendi, mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada Selasa, 10 Juni 2025. Rapat ini dilakukan secara virtual melalui Zoom Meeting dan diikuti dari Command Center Kota Lubuk Linggau. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat dalam mengendalikan laju inflasi nasional yang berdampak langsung terhadap kestabilan ekonomi daerah. Dalam rapat tersebut, Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya, selaku pimpinan rapat, menekankan pentingnya fleksibilitas dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pemerintahan daerah, termasuk rapat atau pertemuan yang dilaksanakan di hotel.

Fleksibilitas ini, menurut Bima Arya, merupakan bentuk relaksasi yang bertujuan untuk menggerakkan roda perekonomian daerah, khususnya pada sektor perhotelan dan pariwisata yang selama ini terdampak oleh pembatasan kegiatan. Ia menyampaikan bahwa selama kegiatan yang dilaksanakan memiliki urgensi dan substansi yang jelas, maka pelaksanaan di hotel diperbolehkan. Hal ini diyakini mampu mendukung ekosistem pariwisata dan industri jasa lainnya. "Yang terpenting adalah roda perekonomian berjalan sehingga ekosistem perhotelan dan pariwisata dapat kembali hidup," ujar Bima Arya dalam rapat tersebut.

Selain membahas kebijakan fleksibilitas kegiatan daerah, rapat juga mengulas perkembangan data inflasi terkini. Disebutkan bahwa sejumlah komoditas strategis menunjukkan tren penurunan harga, antara lain minyak goreng, bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit. Meskipun demikian, terdapat kenaikan harga pada komoditas beras di beberapa zona, yaitu zona 1, zona 2, dan zona 3. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, turut memberikan paparan mengenai perkembangan inflasi selama bulan Mei dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dari 2021 hingga 2025.

Dalam pemaparannya, Pudji menjelaskan bahwa inflasi tertinggi terjadi pada Mei 2022 sebesar 0,40 persen, sedangkan pada Mei 2025 justru tercatat deflasi sebesar 0,37 persen—yang merupakan angka terendah dalam lima tahun terakhir. Ia juga menambahkan bahwa komponen inti inflasi masih menjadi faktor dominan, khususnya di tahun 2025. Beberapa komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi tahun ini antara lain tarif pulsa ponsel, emas perhiasan, dan kopi bubuk. Di sisi lain, komoditas pangan seperti tomat, beras, dan timun turut berperan dalam memengaruhi laju inflasi.

Sementara itu, berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) hingga tanggal 5 Juni 2025, Indeks Perkembangan Harga (IPH) menunjukkan dinamika harga yang bervariasi di berbagai provinsi. Pada minggu pertama Juni, tercatat 12 provinsi mengalami kenaikan IPH, satu provinsi stabil, dan 25 provinsi mengalami penurunan IPH dibandingkan bulan sebelumnya. Di Pulau Sumatera, peningkatan IPH tertinggi terjadi di Kabupaten Aceh Barat Daya yang mencapai 5,84 persen, terutama akibat kenaikan harga daging sapi, ayam ras, dan beras. Data ini menunjukkan pentingnya pengendalian harga komoditas strategis guna menjaga stabilitas ekonomi di tingkat daerah maupun nasional.