Breaking News

Hikmah di Balik Berkurban


Tulisan Oleh H. Albar Sentosa Subari, S.H., S.U.

                    (Penulis adalah Ketua Peduli Marga Batang Hari Sembilan)

Jendelakita.my.id. - Hikmah berarti arti atau makna yang terkandung di balik suatu peristiwa. Menurut para ahli tafsir, kata hikmah berasal dari bahasa Arab ḥakama, yang pada mulanya berarti "menghalangi" atau "mengendalikan", yaitu sesuatu yang berfungsi mengantar kepada kebaikan dan menghindarkan dari keburukan (Quraish Shihab).

Kemudian, hikmah dipahami sebagai pengetahuan tentang hal yang baik dan buruk, serta kemampuan untuk menerapkan yang baik dan menghindari yang buruk dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks anjuran untuk berkurban pada Hari Raya Iduladha, sebagaimana dijelaskan oleh Dar al-Ifta' al-Mishriyyah, terdapat beberapa hikmah yang terkandung di dalamnya, antara lain:

Pertama, berkurban merupakan bentuk syukur kepada Allah atas berbagai nikmat yang telah diberikan kepada kita. Wujud syukur tersebut dilakukan dengan mengikuti perintah-Nya untuk berkurban pada Hari Raya Iduladha.

Perintah berkurban ini tercantum dalam Surah Al-Kautsar, yang artinya:

“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan bentuk mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”

Kedua, berkurban merupakan upaya untuk menghidupkan ajaran atau sunah Nabi Ibrahim a.s. Sebagaimana diketahui, Nabi Ibrahim pernah diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail a.s. Dalam ketaatan yang tinggi, Nabi Ibrahim bersabar dan siap melaksanakan perintah tersebut. Namun, pada akhirnya, perintah itu dibatalkan oleh Allah dan digantikan dengan perintah menyembelih seekor kambing.

Ketiga, menyembelih hewan kurban merupakan sarana untuk melapangkan rezeki, baik kepada diri sendiri, keluarga, tetangga, sahabat, maupun kaum fakir miskin. Hal ini merupakan ajaran dan sunah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Berkurban adalah bentuk ibadah yang mencerminkan dimensi vertikal dan horizontal.
Secara vertikal, berkurban adalah bukti ketaqwaan seorang hamba kepada Sang Pencipta, Allah SWT—yakni dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sementara itu, secara horizontal, ibadah kurban juga mencerminkan kepedulian sosial kepada sesama makhluk, khususnya manusia, sebagai bagian dari pelaksanaan hubungan antarsesama (ḥablun minannās). Ini sejalan dengan misi manusia sebagai khalifah di muka bumi, di samping menjalankan ḥablun minallāh, yaitu hubungan dengan Allah SWT.