Breaking News

Tujuan Hidup Kita

Ustadz Drs. H. Syaiful Bahri

Jendelakita.my.id. - Setiap manusia dalam menjalani kehidupan tentu memiliki tujuan. Namun, sebagai seorang mukmin, kita harus menyadari bahwa tujuan hidup kita yang paling hakiki adalah Allah SWT. Hanya kepada Allah-lah seharusnya segala amal, niat, dan perjalanan hidup ini bermuara. Allah bukan hanya sebagai arah tujuan, tetapi juga sebagai dasar dari setiap langkah dan keputusan dalam hidup. Sayangnya, masih banyak orang yang hidup tanpa memahami tujuan sejatinya. Mereka hanya mengejar tujuan duniawi seperti harta, jabatan, kekuasaan, dan pujian. Tujuan-tujuan duniawi ini, meskipun bisa memberikan kesenangan sesaat, tidak akan membawa kita pada kebahagiaan hakiki dan keselamatan di akhirat.

Menuju Allah tentu bukan perkara yang mudah dan sederhana. Sama halnya ketika seseorang ingin melakukan perjalanan ke suatu tempat yang jauh seperti Jakarta, tentu diperlukan berbagai persiapan dan persyaratan—mulai dari transportasi, biaya perjalanan, hingga rute yang harus diambil. Begitu pula perjalanan menuju Allah, diperlukan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar perjalanan spiritual kita diterima dan diberkahi.

Pertama, Allah memiliki sifat Rahmaan (Maha Pengasih), maka siapa pun yang mengaku beriman kepada Allah harus berusaha menanamkan sifat pengasih dalam kehidupannya. Sifat kasih Allah tidak terbatas dan tidak pilih kasih terhadap makhluk-Nya. Maka dari itu, seorang mukmin harus memiliki kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama, baik kepada manusia, hewan, maupun alam. Kasih sayang yang tulus menjadi cermin bahwa kita sedang berjalan menuju Allah.

Kedua, selain pengasih, Allah juga memiliki sifat Rahiim (Maha Penyayang). Sifat penyayang Allah lebih khusus diberikan kepada orang-orang yang beriman. Kasih sayang ini berlaku sejak di dunia hingga akhirat. Maka orang-orang beriman termasuk golongan yang beruntung karena setiap amal kebaikan mereka akan diperhitungkan dan dibalas dengan sempurna oleh kasih sayang Allah. Oleh sebab itu, dalam perjalanan menuju Allah, kita pun harus berusaha menjadi pribadi yang penyayang, terutama kepada sesama mukmin.

Ketiga, syarat penting lainnya adalah memiliki hati yang suci. Karena Allah adalah Dzat Yang Maha Suci, maka hati kita pun harus bersih dari berbagai penyakit hati seperti kesombongan, iri hati, dengki, amarah, dan lain-lain. Hati yang kotor akan menghalangi cahaya iman dan menghambat kedekatan kita kepada Allah. Maka proses penyucian hati adalah sebuah keharusan dalam perjalanan spiritual menuju Allah.

Keempat, selain hati yang suci, kita juga harus menjaga perbuatan agar tetap suci. Artinya, amal perbuatan kita harus mencerminkan nilai-nilai kebaikan dan keikhlasan. Segala aktivitas kita harus didasarkan pada niat yang lurus dan dijalankan dengan cara yang benar sesuai ajaran Islam.

Dengan memenuhi syarat-syarat tersebut—menumbuhkan sifat pengasih dan penyayang, menjaga hati yang suci, dan melakukan amal perbuatan yang bersih—insya Allah perjalanan kita menuju Allah akan menjadi lebih bermakna, terarah, dan penuh keberkahan.