Pembelajaran Mata Kuliah Produksi Berita Media Cetak: Mahasiswa KPI Bahas Wawancara Cegat
Tulisan Oleh : Erik Yuyanda
Jendelakita.my.id. - Bertempat di ruang podcast STAI Bumi Silampari, mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Semester IV mengikuti pembelajaran mata kuliah Produksi Berita Media Cetak yang diasuh oleh Supriadi, M.M (Jum'at, 25 April 2025). Materi kali ini membahas secara mendalam teknik wawancara cegat, yaitu metode wawancara yang umum digunakan dalam dunia jurnalistik.
Dalam penjelasannya, Supriadi, M.M. menyampaikan bahwa wawancara cegat, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai doorstop interview/ambush interview, merupakan jenis wawancara yang dilakukan secara spontan tanpa adanya janji atau perjanjian terlebih dahulu. "Biasanya dilakukan dengan cara mencegat narasumber di tempat umum, seperti di luar gedung, jalan, bandara, atau setelah suatu acara," ujarnya di hadapan para mahasiswa.
Ia juga memaparkan beberapa ciri khas wawancara cegat, antara lain:
-
Dilakukan secara mendadak dan spontan
Pewawancara langsung mendekati narasumber tanpa persiapan dari kedua belah pihak. -
Bersifat singkat dan langsung ke inti permasalahan
Karena waktunya terbatas, pertanyaan yang diajukan langsung menyasar inti informasi yang diinginkan. -
Sering dilakukan oleh jurnalis atau reporter
Terutama untuk mendapatkan pernyataan cepat dari tokoh publik, pejabat, atau pihak yang terkait dengan suatu isu. -
Dapat menimbulkan respons yang tidak terduga
Karena dilakukan tanpa persiapan, narasumber dapat memberikan jawaban yang spontan, jujur, atau bahkan menolak memberikan komentar.
Supriadi juga mencontohkan situasi wawancara cegat yang umum terjadi di lapangan, misalnya ketika seorang wartawan menunggu di depan kantor gubernur dan langsung mengajukan pertanyaan begitu gubernur keluar dari gedung tanpa ada janji wawancara sebelumnya.
Selain teori, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk melakukan simulasi wawancara cegat secara langsung di lingkungan kampus. Mereka diminta memilih "tokoh" secara acak dan mengajukan pertanyaan terkait isu yang sedang berkembang, seperti kebijakan kampus atau kegiatan organisasi kemahasiswaan.
“Melalui simulasi ini, kami berharap mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga terbiasa menghadapi situasi nyata di lapangan yang sering kali berlangsung cepat dan penuh tantangan,” tambah Supriadi.
Kegiatan ini disambut antusias oleh para mahasiswa. Mereka mengaku mendapatkan wawasan baru mengenai teknik wawancara yang dinamis dan menantang. Salah satu mahasiswa, Erik Yuyanda, menyampaikan bahwa materi ini sangat relevan dan berguna sebagai bekal untuk terjun ke dunia jurnalistik. “Ternyata wawancara cegat itu tidak semudah yang dibayangkan. Perlu keberanian dan kecepatan berpikir,” ungkapnya.
Pembelajaran ditutup dengan sesi tanya jawab dan refleksi bersama guna memperdalam pemahaman serta pengalaman belajar para mahasiswa.