Langkah-langkah Menyunting Berita Sesuai Kaidah Jurnalistik
Image by Luisella Planeta LOVE PEACE 💛💙 from Pixabay
Jendelakita.my.id. - Dalam proses pelatihan jurnalistik, salah satu tugas penting yang harus dikuasai oleh peserta adalah kemampuan menyunting berita mereka sendiri. Tugas ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana wartawan mampu melakukan penyuntingan terhadap berita yang telah mereka buat. Dalam pelaksanaan tugas ini, peserta akan menerima bahan berita awal yang harus disunting, kemudian hasil suntingan tersebut akan diperiksa oleh penguji. Penilaian didasarkan pada beberapa aspek penting, dengan perlengkapan utama berupa berita awal dan hasil suntingan. Kompetensi yang dinilai meliputi kesadaran (S), pengetahuan (P), dan keterampilan (K), dengan bobot nilai tertentu pada masing-masing elemen.
Elemen kompetensi pertama yang dinilai adalah nilai berita. Wartawan harus mampu menentukan kelayakan sebuah berita dengan menilai apakah berita tersebut sesuai dengan kebijakan redaksi. Dalam hal ini, peserta juga diharapkan mempertimbangkan kelengkapan informasi, aktualitas, dan kontekstualitas berita, guna memastikan bahwa berita tersebut layak siar. Aspek ini menuntut adanya kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan sekaligus, dengan bobot penilaian sebesar 10%.
Selanjutnya, narasumber juga menjadi elemen penting yang harus diperiksa. Peserta harus mampu memeriksa kompetensi narasumber yang dipilih. Ini berarti mereka harus menilai apakah narasumber sudah tepat serta memastikan bahwa pemberitaan mencakup sudut pandang yang berimbang dan menyeluruh (cover all sides). Elemen ini lebih menekankan pada keterampilan dan kesadaran, dengan bobot penilaian sebesar 15%.
Format berita atau struktur berita juga menjadi bagian krusial yang harus diperhatikan. Wartawan perlu menyesuaikan format berita sesuai kaidah jurnalistik dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Beberapa hal yang harus diperiksa meliputi penggunaan 5W + 1H, struktur berita mulai dari judul, teras, hingga tubuh berita, susunan piramida terbalik, serta keselarasan dengan prinsip-prinsip KEJ. Elemen ini memiliki bobot penilaian tertinggi, yakni sebesar 30%, mencerminkan pentingnya struktur yang benar dalam sebuah karya jurnalistik.
Selain itu, pengayaan berita juga menjadi aspek penilaian. Peserta diharapkan dapat menambahkan informasi baru jika diperlukan, seperti dengan mencari data tambahan dari sumber lain yang kredibel. Hal ini mengasah kemampuan wartawan dalam memperkaya konten berita, dengan bobot penilaian sebesar 10%.
Pengolahan bahasa juga merupakan elemen penting dalam penyuntingan berita. Wartawan harus mampu menggunakan bahasa jurnalistik yang baik, benar, dan konsisten sesuai kebijakan redaksi, apakah itu dalam Bahasa Indonesia, bahasa daerah, atau bahasa Inggris. Selain itu, mereka perlu memperbaiki logika bahasa, rasa bahasa, penggunaan gaya bahasa yang komunikatif, serta menerapkan prinsip ekonomi kata untuk membuat berita lebih efektif dan efisien. Elemen ini memiliki bobot penilaian sebesar 20%.
Terakhir, akurasi menjadi aspek yang tidak boleh diabaikan. Wartawan harus menetapkan akurasi dalam setiap informasi yang disampaikan, baik itu data, angka, tanggal, nama kegiatan, tempat, nama orang, maupun jabatannya. Selain itu, akurasi bahasa, termasuk ejaan yang disempurnakan (EYD) dan tatabahasa, juga harus diperiksa. Bahkan substansi informasi dalam berita perlu dipastikan kebenarannya. Aspek akurasi ini menunjukkan betapa pentingnya ketelitian dalam menyajikan sebuah berita.
Melalui seluruh proses ini, diharapkan peserta pelatihan mampu memahami pentingnya menyunting berita dengan benar dan profesional, sehingga menghasilkan karya jurnalistik yang layak tayang, akurat, berimbang, serta memenuhi kaidah etika jurnalistik.