Kedatangan Imperialisme ke Nusantara
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Bangsa Portugal adalah yang datang pertama kali ke wilayah Nusantara. Pelaut pelaut Portugal yang merupakan pelarian Templar, berusaha merahasiakan peta yang membuat jalur laut menuju Asia Tenggara. Peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa
Hingga akhirnya pada tahun 1592, seorang Belanda bernama Cornelis De Houtman, saudara Frederick de Houtman dikirim oleh para pedagang Amsterdam menuju Lisboa ( ibu kota Portugal). Tujuan untuk mencari tentang rute pelayaran dari Portugal ke Hindia Timur lewat Tanjung Harapan, dalam persiapan ekspedisi Belanda ke wilayah penghasil rempah-rempah. Dan di sana dia tertangkap baru dibebaskan 1594 dituduh mata' mata. Akhirnya Cornelis De Houtman bertemu dengan Jan Huygen Van Linschoten yang sama sama kembali ke Belanda.dengan membawa informasi perjalanan ke Nusantara.
Akhirnya mereka sepakat untuk menuju Banten sebagai tujuan utama. Karena Banten lebih aman dari pengawasan Portugis menguasai Selatan Malaka.. Dengan kata lain Belanda lewat Samudera Hindia dan masuk lewat celah Selatan Sunda.
Pelayaran perdana Belanda dimulai tanggal 2 April 1595. Cornelis De Houtman yang memimpin dari Amsterdam ke Banten yang disponsori oleh Compagnie Van Verre yang berdiri pada tahun 1594 (serikat dagang).
Rombongan tiba di Banten 27 Juni 1596.
Semula penduduk Banten menerima mereka, Namun , lama kelamaan tabiat kasar dan serakah yang ditunjukkan para awak kapal Belanda, membuat Sultan Banten bertindak.
Dibantu oleh petugas Portugis di Banten, semua kapal Belanda diusir ke luar. Mereka melanjutkan pelajaran ke Utara pantai Jawa dan singgah di Madura. Di sini juga mendapat perlawanan dari penduduk setempat. Mereka pulang ke Belanda tahun 1957. Karena mengalami kekalahan.
Pasca kembalinya Cornelis De Houtman ke Belanda, menyebabkan bangsa Belanda berbondong-bondong datang ke Nusantara untuk berdagang mencari keuntungan.
Nasib Cornelis De Houtman sendiri berujung tragis 1 September 1599 dia terbunuh di Aceh saat konflik. Terbunuh di tangan Laksamana Laut Kesultanan Aceh Darusallam Laksamana Malahayati (Keumalahayati), setelah terjadi duel satu lawan satu di atas kapal milik Cornelis De Houtman)
Pada tanggal 20 Maret 1602, berdirilah kongsi dagang yang bernama VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie)- artinya Persekutuan Perusahaan Hindia Timur yang berkantor di Amsterdam Belanda.. Walaupun sebenarnya VOC merupakan sebuah persekutuan badan dagang saja, tapi didukung oleh negara diberi fasilitas istimewa serta hak kedaulatan (negara dalam negara)
Hak kedaulatan itu berupa (soeverciniteit), tersebut;
1, memiliki negara
2, memaklumkan perang dan perdamaian
3, merebut dan menduduki daerah daerah asing di luar negeri Belanda
4, memerintah daerah daerah tertentu
5, menetapkan / mengeluarkan mata uang sendiri
6, memunguti pajak.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa itu, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten. Setelah 200 tahun masuk VOC tepatnya tanggal 31 Desember 1799, Serikat dagang tersebut dibubarkan karena tingginya korupsi, terjadinya perlawanan hebat dari penduduk pribumi, dan persaingan dagang dengan Inggris dan Prancis dan berkembang paham liberalisme di daratan Eropa. Akhirnya semua inventaris VOC diambil alih pemerintah Belanda.
Kepulauan Nusantara yang dikuasai VOC berganti diperintah dan dijajah pemerintah Belanda. Untuk jalannya Pemerintahan diangkat seorang Gubernur Jenderal yang berkuasa atas nama Belanda.
Salah satu gubernur jenderal yang paling terkenal adalah Herman Willem Daendels, yang banyak merugikan rakyat.antara lain.
a, pemungutan pajak yang tinggi
b, penanaman tanaman yang hasilnya laku di pasaran dunia
c, rakyat masih diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya
d, untuk menambah pemasukan dana, juga telah dilakukan penjualan tanah tanah ke pihak swasta.
e, pembangunan jalan Anger - Panarukan (De Grote Postweg).***
*) Penulis adalah Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan