Fungsi Ulama Dalam Sebuah Kerajaan
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Tulisan ini terinspirasi dari cerita yang dimuat di Babad Sengkala. Tentang peran Sunan Ampel sebagai sosok ulama di kerajaan Demak.
Babad Sengkala adalah salah satu manuskrip yang memuat peristiwa di Jawa , bahkan sebelum kedatangan bangsa Hindu
Babad Sengkala juga menceritakan riwayat berdirinya Kerajaan Medangkamulan hingga Islam ke Jawa., terutama yang digawangi oleh para wali. Seperti di kerajaan Demak salah satunya adalah Sunan Ampel.
Salah satu cerita masuknya orang orang Islam ke Jawa dalam konteks BAbad Sengkala, berawal pada bagian pemerintahan kerajaan Majapahit yang terakhir yang dipimpin oleh Raja Brawijaya V.( 1430 M).
Kerajaan Majapahit menguasai Jawa Timur, Madura, pulau Percah, serta sepanjang pesisir selatan dan barat pulau Burni.
Majapahit di kala itu ramai karena pusat perdagangan yang dibawa dari Keling, Cina, Maluku dan sebagainya..
Salah satu daerah taklukannya Majapahit adalah Palembang oleh Senapati Handayaningrat (Putra Prabu Brawijaya dari selir pertama ia adalah Arya Damar.
Keberangkatannya ke Palembang ketika itu bersama dengan isteri selir sang prabu yang lain, yang berasal dari Cina. Keberangkatan isteri selir yang tengah hamil tersebut ke Palembang bukan tanpa alasan.
Di dalam Babad Sengkala yang dikutip oleh Taufiq Hakim, 2018.
Menyebutkan bahwa dibuang karena bermasalah dengan permaisuri sang prabu, yakni Putri Dwarawati ( putri Campa).
Akhirnya sang selir melahirkan bayi laki laki yang diberi nama RADEN FATAH.
Diusia 19 tahun Raden Fatah bersama Reden Husen yang sebelumnya Raden Rahmat dan Raden Santri sudah lebih dahulu pergi ke Jawa (1466 M).
Dikisahkan, pengembaraan Raden Fatah bersama Reden Rahmat (Sunan Ampel)) dengan Reden Santri atau Sayid Ali Murtada di Majapahit diliputi kegeraman. Karena melihat aktivitas peribadatan di Majapahit. Hal itu kemudian mereka mendirikan tempat peribadatan agama Islam.
Niat tersebut disetujui oleh Prabu Brawijaya atas nasihat Ratu Dwarawati, untuk memberikan wilayah di Ngampel Denta bagi Raden Rahmat dan wilayah Gresik untuk Raden Santri. Kedua nya diberi kebebasan untuk menyebarkan agama Islam.
Raden Fatah di wilayah Bintara. Besarnya kekuasaan Raden Fatah membuat Prabu Brawijaya khawatir nanti Bintara atau Demak dikemudian hari menjadi kerajaan orang Islam, sewaktu waktu dapat menyerang Majapahit.
Kekhawatiran itu Prabu Brawijaya mengutus Adipati Terung untuk berkunjung ke Demak
Hasil kunjungan tersebut Adipati Terung (Pecatanda) menjelaskan pada Prabu Brawijaya, bahwa penguasa Demak di kala itu Raden Fatah, adalah putra nya sendiri dari seorang selir Cina yang dibuang ke Palembang tempo hari.
Mendengar itu Prabu Brawijaya V mereda kekhawatirannya, dan memerintahkan untuk memanggil Raden Fatah supaya menghadap ke Majapahit.
Di sana saat menghadap ayahnya, Raden Fatah di beri wejangan hidup serta hadiah berupa gajah, kuda, tandu dan kereta serta diwisuda menjadi Adipati Demak.
Dan minta agar Raden Fatah menghadap setiap tahun sekali.
Sepulang dari Majapahit, Raden Fatah tidak langsung ke Demak, tetapi mampir dulu ke Ampel Denta menghadap Suman Ampel (Raden Rahmat).
Dalam pertemuan tersebut Raden Fatah bermaksud meminta nasihat kepada Sunan Ampel perihal rencananya untuk menyerang Majapahit lantaran belum masuk Islam.
Tapi Sunan Ampel tidak setuju, alasan sang Prabu Brawijaya tidak menganggap aktivitas penyebaran Islam di Jawa, justru sang prabu sudah beramal baik.
Secara terang terangan, Sunan Ampel melarang Reden Fatah menyerang Majapahit.
Selama Raden Rahmat ( Sunan Ampel) masih hidup rencana Raden Fatah tidak terjadi penyerangan kepada Majapahit. Karena wasiat nya selama beliau masih hidup dilarang untuk menyerang Majapahit.
Namun tahun 1472 M Reden Rahmat wafat.
Usai prosesi penguburan para wali berkumpul untuk menyerang Majapahit dan sebelum di tahun 1473 M. Dibangunlah Masjid Demak oleh para wali dan donatur pada saat itu.
Pada penyerangan pertama pasukan tentara Demak berhasil dipukul mundur dan panglima perangnya Sunan Ngudung tewas.
Baru penyerangan berikut tentara Demak berhasil menguasai Majapahit.
Kesimpulan singkat bahwa peran ulama sangatlah penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan suatu komunitas (kerajaan - bangsa).
Karena ulama merupakan tokoh yang dapat mempertimbangkan dampak baik dan buruk dari suatu rencana.
Cerita sejarah di atas bisa menjadi ilustrasi kita di zaman sekarang bahwa ulama adalah seorang sufi yang mendalami ilmu syariat, hakekat dan makrifat.
Kalau kita boleh sandingkan dengan teori Plato bahwa manusia yang sempurna adalah apabila secara lahir dan batin sudah dapat memasuki dunia idel dan dunia nyata (Philosof).***
*) Penulis adalah Ketua Lembaga Adat Melayu Sumatera Selatan.