Ringkasan Tulisan “Localized Islamic Concepts In Diplomacy: The Example Of Silaturahmi Dr. Phil. Claudia Seise, M.A.” sangat Menarik untuk Dibaca dan Dipraktikan dalam Kehidupan Sehari-hari
Jendelakita.my.id. - Berikut adalah ringkasan Tulisan “Localized Islamic Concepts In Diplomacy: The Example Of Silaturahmi” yang ditulis oleh Dr. Phil. Claudia Seise, M.A., dan diterbitkan pada tahun 2020 dalam Prosiding The 1st International Seminar on Islamic Diplomacy “Strenghthening the Islamic Diplomacy in Worldwide”.
Tulisan ini sangat menarik untuk dibaca dan dipraktekan
dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia, negara Muslim terbesar di dunia dengan 200 juta
Muslim yang membentuk 88% dari populasinya, adalah tempat peleburan budaya dan
agama yang beragam, yang dikukuhkan dalam ideologi nasional Pancasila yang
menekankan kepercayaan pada 'Tuhan yang Maha Esa' (Ketuhanan yang Maha Esa).
Diplomasi di Indonesia mencerminkan keberagaman budaya, peradaban, politik, dan
agama, mirip dengan konsep silaturahmi yang berfokus pada menjaga atau
memperbaiki hubungan sosial.
Silaturahmi, bagian integral dari budaya Muslim Indonesia,
melibatkan pemeliharaan hubungan melalui kunjungan, panggilan, dan komunikasi,
yang mencakup praktik dan niat (niat). Konsep ini berakar kuat pada ajaran
Islam, dengan beberapa ayat Qur'an dan Hadis yang menekankan pentingnya
kekerabatan dan ikatan sosial. Di Indonesia, silaturahmi melampaui ikatan
keluarga untuk mencakup kunjungan ke teman, guru, dan bahkan tokoh politik,
menunjukkan pentingnya dalam interaksi sosial dan ikatan komunitas.
Penelitian tentang konsep Islam lokal, seperti silaturahmi,
menyoroti penerapan dan pemahamannya yang unik di Indonesia dan wilayah
Nusantara yang lebih luas. Silaturahmi, bersama dengan konsep lokal lainnya
seperti barokah (berkah), harmoni, dan rasa (perasaan), memainkan peran penting
dalam kain sosio-religius masyarakat Indonesia. Konsep-konsep ini tidak hanya
relevan untuk studi wilayah tetapi juga dapat diterapkan ke berbagai bidang,
termasuk diplomasi.
Integrasi konsep Islam ke dalam ilmu pengetahuan manusia,
sebuah metodologi yang dipromosikan oleh para sarjana di Universitas Islam
Internasional Malaysia, bertujuan untuk memperkaya pengetahuan manusia dengan
kebijaksanaan dan nilai-nilai religius. Pendekatan ini, yang disebut 'integrasi
pengetahuan,' berusaha untuk mendesekularisasi ilmu pengetahuan manusia dan
menghubungkannya kembali dengan nilai-nilai religius dan etis.
Pentingnya silaturahmi terlihat dalam berbagai konteks
sosial dan resmi di Indonesia. Acara tahunan seperti Halal Bi Halal selama
Syawal memfasilitasi ikatan komunitas, pengampunan, dan interaksi sosial,
mencerminkan pentingnya konsep ini. Organisasi seperti FORSILAM dan FORPESS
menggunakan silaturahmi untuk menghubungkan mantan siswa dan berbagai
pesantren, menyoroti potensinya dalam memperkuat jaringan sosial dan
pendidikan.
Praktik silaturahmi meluas ke diaspora Indonesia, seperti
masjid dan restoran Indonesia di Berlin, Jerman, di mana ia berfungsi sebagai
sarana pembangunan komunitas dan pertukaran budaya. Acara seperti festival
makanan Sate Somay di Berlin menunjukkan bagaimana silaturahmi memupuk
interaksi multi-etnis dan multi-agama, berkontribusi pada masyarakat yang
harmonis.
Dalam konteks diplomasi, menggabungkan silaturahmi dapat
mengubah hubungan negara menjadi hubungan keluarga besar, yang menekankan
kesopanan, pengampunan, dan dukungan timbal balik. Pendekatan ini sejalan
dengan ajaran Islam dan nilai-nilai budaya Indonesia, bertujuan untuk
menyenangkan Tuhan dan mengikuti pedoman-Nya. Dengan mengadopsi silaturahmi
dalam hubungan diplomatik, Indonesia dapat meningkatkan perannya sebagai pemain
kunci di antara negara-negara mayoritas Muslim, menantang persepsi historis tentang
wilayah tersebut sebagai pinggiran dunia Muslim.
Kesimpulannya, silaturahmi adalah konsep unik Indonesia,
yang tertanam kuat dalam praktik sosial dan religius komunitas Muslimnya.
Penerapannya dalam diplomasi memiliki potensi untuk memperkuat hubungan
internasional melalui kerangka kerja interaksi sosial yang dimotivasi oleh
agama dan rasa saling menghormati, sehingga meningkatkan pengaruh diplomatik
global Indonesia.***