Breaking News

Memberi lah, Engkau Akan Diganti Lebih Baik


 Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Diantara akibat akibat memberi, Allah akan memberi ganti lebih baik. Dengan kata lain, mendapatkan balasan dari apa yang telah diberikan. Balasan itu akan datang baik cepat maupun lambat, di dunia maupun di akhirat. Kisah di bawah ini bisa menjadi penguat apa yang kita katakan ini.

Ibnu Rajab memuat sebuah cerita dalam kitab Dzail Thabaqul Hanabilah. Juz 1. Imam al-Bazzaz berkisah; suatu hari, aku berangkat haji dan berada di sekitar masjid haram- semoga Allah selalu menjaga nya. Tiba tiba aku merasakan lapar yang sangat, dan aku tidak mendapatkan sepotong makanan pun untuk mengganjal perutku.

Aku lalu memutuskan untuk keluar mencari makanan, namun tidak mendapatkan apa apa, kecuali hanya sebuah kantung sutra yang diikat dengan sutra juga. Aku lalu memutuskan untuk membawa kantung itu ke penginapan. Saat dibuka ternyata isinya adalah permata cantik yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Tapi aku lalu mengikatnya kembali seperti semula dan meneruskan pencarian makan.

Saat di perjalanan aku tiba tiba mendengar suara seorang Syaikh dari kejauhan berteriak teriak. Syaikh itu berkata, Siapa yang menemukan kantung sutra tadi yang ciri cirinya begini dan begini, maka aku akan memberikan kepadanya 500 dirham emas sebagai hadiah untuk nya. Aku berkata dalam hati ku. Sekarang aku dalam posisi sangat membutuhkan dan sangat lapar. Apakah aku harus mengambil Dinar dinar itu dan mengembalikan kantungnya saja?. Tidak, aku harus mengembalikan kepada Syaikh itu, kataku.

Akhirnya aku berteriak, Wahai Syaikh kemarilah, aku ajak orang itu ke tempat ku. Aku bertanya kepadanya tentang ciri ciri kantung itu dan isinya. Ternyata semua jawaban nya sesuai dengan kenyataan. Akupun mengembalikan kantung itu berisi kalung itu dan menyerahkan kepadanya. Dia kemudian mengeluarkan 500 Dinar emas dan menyerahkan kepada ku. Aku berkata tidak akan menerima nya, dan aku tidak akan meminta balasan darimu. Tapi Syaikh itu terus mendesakku, sehingga aku berkata kepada nya. Demi Allah, yang tidak ada Illah yang berhak diibadahi kecuali Dia., aku tidak akan mengambil sepeserpun dari mudan aku hanya mengharapkan pahala dari Allah semata. Mendengar penjelasan ku, Syaikh itu segera beranjak pergi, dan dia pulang ke kampung nya setelah musim haji selesai.

Setelah musim haji selesai dan para Hajjaj pun berbondong-bondong meninggalkan Mekah, akupun demikian. Aku hendak pulang ke kampung dan memutuskan naik perahu. Namun Allah mentakdirkan saat itu ombak sangat besar disertai angin kencang yang berhembus sehingga perahu kami pecah dan akhirnya tenggelam. Semua penumpang terlempar ke laut beserta semua barang yang diangkut dalam perahu.

Namun atas kekuasaan Allah aku selamat. Aku terus berpegang pada salah satu serpihan perahu. Aku terapung beberapa hari di atas laut, hingga terdampar di sebuah pulau.

Di pulau tersebut terdapat warga yang tidak bisa membaca dan menulis. Aku memutuskan untuk memasuki sebuah masjid pulau itu. Orang orang pun melihat ku, sehingga setiap orang datang kepada mu dan mengatakan. Tolong ajarkan kami cara membaca Al Quran. Aku pun mengajarkan mereka satu persatu cara membaca kitabullah dan dengan perbuatan itu aku merasakan kebahagiaan luar biasa.

Setelah beberapa lama mengajar, mereka berkata kepada ku. Di pulau ini terdapat seorang gadis yatim. Dia mempunyai sedikit perhiasan dan kami berniat menikah kan anda dengan gadis yatim itu. Aku menolak nya. Akan tetapi mereka terus menerus mendesak, sehingga akhirnya aku menerima tawaran itu.

Pada hari pernikahan, aku dikagetkan dengan pemandangan yang aku sendiri tidak bisa memahaminya. Aku terus memandang sebuah kalung yang melingkar di leher gadis yatim itu. Aku terus memandang dan memandang ke arah kalung itu. Lalu penduduk pulau itu berkata kepada ku. Wahai Imam, engkau telah mengecewakan hati gadis ini, dengan hanya melihat kepada apa yang tergantung pada lehernya.

Aku tersentak karena merasa ditegur oleh penduduk pulau itu. Lalu aku bercerita, mengapa aku begitu terkesan saat melihat kalung di leher gadis itu.Lalu mereka mendengar cerita ku, mereka tiba tiba bertasbih dan bertakbir, sehingga suara mereka memenuhi ruang pulau.

Aku sangat terkejut dan balik bertanya, Ada apa dengan kalian. Mengapa tiba tiba bertakbir dan bertahlil?.. Mereka lalu berkata. Orang tua yang dulu kehilangan kantung sutra itu adalah ayah dari gadis yatim ini. Selama perjalanan pulang haji dari berhaji, ia tidak henti hentinya mengucapkan doa. Aku tidak pernah ketemu seorang muslim sebaik laki laki yang menemukan kantung sutraku. Ya Allah, pertemuan aku dengan nya, sehingga aku menikahkan putri ku dengan nya. Dan sekarang doa itu sudah terkabul.

Perjalanan rumah tangga imam itu selalu mendapatkan keberkahan dari Allah. Dua tahun dari Mada pernikahannya, mereka diberikan anak yang saleh. Dan lama setelah itu wanita yatim itu wafat kembali kepada Allah dan mewarisi kalung permata itu ke suami dan anaknya. Berapa tahun kemudian. Allah pun mentakdirkan kedua anaknya wafat, sehingga akhirnya kalung permata itu diwarisi oleh imam yang jujur itu.

Di sini berlaku sebuah perinsip, siapa yang meninggalkan kebaikan karena Allah, maka dia akan mendapatkan balasan terbaik dari apa yang telah dia tinggalkan. Kisah di atas memberikan hikmah, bahwa kejujuran adalah jembatan yang mengantarkan kepada kemudahan dan rezeki yang tak terduga. Orang yang memberi bantuan dan manfaat kepada orang lain akan mendapatkan balasan yang lebih baik.

Sebuah renungan yang dapat menjadi cerminan hidup kita di dunia menuju alam akhirat.

Jumat, 28 Juni 2024 di penghujung bulan Juni tahun ini.***

*) Penulis adalah Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan