Inspirasi dari Seekor Cecak, Burung Hantu dan Elang
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Ada sebuah cerita di Jepang. Konon ada seorang warga Jepang Hendak merenovasi rumah nya.
Sebelum renovasi, dia terlebih dahulu harus merontokkan tembok tembok rumah nya yang terbuat dari kayu. Rumah di Jepang biasa memiliki ruangan kosong di antara tembok tembok.
Ketika tembok mulai rontok, tiba tiba orang itu menemukan seekor Cecak yang terperangkap di antara ruang kosong. Kaki cicak itu melekat di atas sebuah surat yang berusia tua yang tergeletak di ruang kosong.
Orang Jepang itu merasa kasihan dan sekaligus penasaran. Ketika mengecek isi surat itu, ternyata ia telah berada di sana cukup lama. Surat itu sudah ada sejak rumah tersebut pertama kali dibangun, pada 10 tahun lalu. Orang itu segera menghentikan pekerjaan nya dan memperhatikan cicak malang itu. Ia bertanya tanya dalam dirinya, Apa yang terjadi?. Bagaimana cicak ini dapat bertahan dengan kondisi terperangkap cukup lama?. Di tengah gelap gulita, dalam masa yang panjang, cicak itu tak dapat bergerak sedikitpun. Ini adalah suatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Kata orang Jepang itu.
Tapi, tiba tiba dia dikagetkan dengan kemunculan seekor Cecak lain sambil membawa makanan untuk cicak yang terperangkap.. Orang Jepang itu merasa terharu, ternyata ada seekor cicak yang selalu memperhatikan nasib cicak, yang terperangkap di antara tembok tembok kayu itu, dalam masa yang cukup lama.
Burung Hantu dan Elang.
Diceritakan oleh shahibul qishah, bahwa suatu hari seorang kiyai menjadi imam sholat Zuhur di depan santri santrinya. Usai sholat, seperti biasa, pak kiyai pulang ke rumah nya yang terletak di lingkungan pesantren. Begitu juga para santri, mereka segera melanjutkan aktivitas mereka. Ada yang ke kebun, ada yang ke sawah, ke laut, dan sekitarnya.
Tetapi di dalam masjid, masih ada seorang santri yang terus menerus berzikir di masjid. Ketika sang kiyai datang untuk sholat asar, santri itu belum juga beranjak dari tempatnya. Dia sepertinya tenggelam dalam kenikmatan berzikir.
Mengapa kamu tidak keluar mencari rezeki, seperti teman teman mu yang lain ? Tanya Kiyai.
Sang santri langsung menukas, Apakah pak kiyai tidak melihat burung hantu di sana, ia tidak pernah ke mana mana. Setiap hari seekor elang selalu membawakan makanan untuk nya. Untuk seekor burung saja, Allah telah menjamin rezekinya. Bagaimana dengan saya yang rajin berzikir ini?. Tentu Allah, lebih menjamin rezekiku.
Pak kiyai menjawab. Omongan mu memang ada benarnya. Tapi coba perhatikan dan renungkan baik baik. Manakah yang lebih mulia diantara kedua binatang itu, burung hantu atau elang. Santri itu menjawab. Tentu saja burung elang, karena dia telah bekerja keras mendatangkan makanan untuk burung hantu. Burung hantu itu sendiri hanya terdiam menunggu jatah makanan.
Kata pak kiyai, manusia juga seperti itu. Siapa yang berusaha jauh lebih mulia dari yang hanya menunggu jatah. Bukankah Rasulullah sendiri pernah memberi nasehat Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Santri akhirnya mengerti nasihat pak kiyai. Mulai hari ini, usai menunaikan sholat fardhu di masjid, dia segera menyingsing kan lengan bajunya untuk menyambut rezeki Allah, tentu saja dengan bekerja. Allah berfirman yang artinya dalam Qur'an, suatu at - Taubah: 105.
Bekerjalah, karena Allah dan Rasul-nya serta orang orang beriman akan menilai hasilnya.
Dari dua inspirasi kehidupan perilaku cicak, burung hantu dan elang dapat ditarik beberapa pelajaran buat kita
Bahwa seseorang harus dibantu kalau memang dia dalam kondisi invalid, tidak dapat berkerja (Seperti kasus cicak). Tapi kalau seseorang hanya berdiam diri untuk mengharapkan bantuan orang lain karena malas (bukan invalid), maka dirinya akan tidak wajar menunggu balas kasihan orang lain . Ia harus bekerja sesuai perintah Allah dan Rasul-nya.
Kita tutup dengan kata bijak;
Jangan remehkan amal amal kecil. Betapa banyak amalan kecil berpahala besar, karena niat. Dan betapa banyak amalan besar namun kecil pahala nya juga karena niat (Abdullah bin Mubarak, ulama Salaf).***
*) Penulis adalah Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan