Breaking News

Harga Ayam Potong Melonjak, Konsumen dan Pedagang Menjerit


Jendelakita.my.id – Harga daging ayam ras di sejumlah pasar tradisional dilaporkan mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikan ini terasa memberatkan, baik bagi konsumen rumah tangga maupun para pelaku usaha kuliner yang bergantung pada ketersediaan dan stabilitas harga komoditas protein ini. Lubuklinggau, Senin, 6 Oktober 2025.

Berdasarkan data harga rata-rata konsumen di beberapa wilayah, per Oktober 2025, harga daging ayam potong di pasar berada pada kisaran Rp38.000 hingga Rp40.000 per kilogram. Bahkan, ada laporan yang menyebutkan bahwa harga tersebut telah menyentuh angka di atas kisaran itu, jauh melampaui harga normal. Beberapa pedagang mengaku terpaksa menaikkan harga jual kepada konsumen untuk menutupi tingginya modal dari distributor.

Kenaikan harga ini disinyalir terjadi akibat kombinasi beberapa faktor, di antaranya kenaikan biaya produksi, harga anak ayam (DOC), dan permintaan pasar. Faktor utama yang disebut-sebut adalah melonjaknya harga pakan ternak, terutama bahan baku seperti jagung, yang merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi peternak. Kenaikan harga pakan secara langsung mendorong naiknya harga pokok produksi (HPP) ayam di tingkat peternak. Selain itu, harga DOC juga dilaporkan mengalami kenaikan, menambah beban biaya awal bagi para peternak.

Meskipun tidak sekuat momentum hari besar keagamaan, permintaan di tingkat konsumen juga menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Beberapa peternak menyebut bahwa kenaikan harga ini merupakan penyesuaian yang wajar setelah sebelumnya mereka sempat mengalami periode jual rugi akibat harga jual yang terlalu rendah.

Kenaikan harga ini langsung terasa dampaknya bagi masyarakat. Di tingkat konsumen, daya beli masyarakat terhadap kebutuhan protein harian menjadi tergerus. Sementara itu, bagi pedagang kuliner seperti warung makan dan pedagang pecel ayam, kenaikan ini memaksa mereka mengambil keputusan sulit, yaitu menaikkan harga jual atau mengurangi ukuran porsi untuk mempertahankan keuntungan.

"Kami jadi serba salah. Mau menaikkan harga takut pelanggan protes dan lari, tapi kalau tidak dinaikkan, untungnya tipis sekali, bahkan bisa rugi," keluh salah satu pedagang ayam goreng di Lubuklinggau.

Para ekonom dan pelaku industri peternakan berharap pemerintah dapat segera turun tangan untuk menstabilkan harga, terutama dengan memastikan ketersediaan serta menekan harga bahan baku pakan. Dengan demikian, fluktuasi harga daging ayam diharapkan tidak lagi membebani masyarakat luas.