Hal-hal yang Mengganggu Ketenangan Jiwa
Penulis: H. Albar Sentosa Subari, S.H., S.U.
Jendelakita.my.id – Jiwa manusia selalu berhadapan dengan berbagai rintangan yang dapat mengganggu ketenangan, keamanan, serta kenyamanan hidupnya. Tak jarang, manusia sering dihinggapi berbagai ketakutan dan kekhawatiran yang terus-menerus, sehingga jiwanya merasa letih dan tersiksa. Pendek kata, ia mengalami derita psikologis yang tidak berujung, dan pada akhirnya derita tersebut berubah menjadi penyakit jiwa. Seseorang yang sudah sakit jiwanya akan berusaha mencari pengobatan. Ia pun mulai mencari obat untuk menghilangkan ketakutannya, dengan mencoba berbagai cara melalui ilmu kedokteran, pengobatan tradisional berbasis tumbuh-tumbuhan, pengetahuan yang beragam, serta studi dan penelitian psikologis. Namun, seseorang yang telah ditikam oleh ketakutan dan kekhawatiran sering kali tidak menemukan jalan keluar, sehingga sedikit atau banyak, semua upaya yang dilakukan menjadi sia-sia.
Jika seseorang mendapatkan petunjuk dari Allah serta mengikuti garis keimanan, maka ia akan menemukan akidah Islam yang mampu memberikan pertolongan besar bagi dirinya, khususnya dalam mengobati berbagai macam penyakit kejiwaan. Dengan berpegang pada akidah yang benar, ia akan memperoleh ketenangan dan kenyamanan batin, hingga rasa takut yang menghantui pun sirna. Itulah ketenangan psikologis yang secara umum menyingkirkan segala derita kejiwaan. Ketenangan ini melahirkan rasa aman, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya, aman di dunia dan di akhirat. Inilah keamanan yang bersifat universal, menetap, dan tidak akan hilang karena bersumber dari akidah yang benar—iman yang kuat kepada Allah SWT tanpa sekutu dan tanpa kezaliman—yang mampu menghapus semua ketakutan dan kesedihan.
Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya yang artinya:
"Orang-orang yang beriman dan tidak menggantikan keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang aman, dan mereka mendapatkan petunjuk." (QS. Al-An’am: 82).
Ada faktor-faktor yang menyebabkan jiwa manusia menjauhi substansi dan hakikat iman. Hal itu membuat jiwa manusia menjauhi nilai-nilai serta dasar-dasar keimanan. Sebab-sebab tersebut tidak lain adalah runtuhnya kepribadian akibat jiwa yang tidak menemukan obat bagi penyakitnya. Akibatnya, pikiran dan niatnya menjadi terbelah; ia hidup dalam pusaran ketidakpastian, pertentangan, pertikaian, dan kebimbangan yang tidak berujung. Dalam keadaan seperti ini, hati terasa goncang dan berada di persimpangan jalan. Ia tidak mengerti apa yang harus dilakukan—apakah memenuhi kebutuhan fisik atau kebutuhan ruhani. Dirinya bingung, ditikam ketidakpastian langkah, sementara dalam jiwanya seolah ada sesuatu yang robek. Terjadi pertentangan antara kepentingan ruhani dan kepentingan jasmani, yaitu permusuhan antara dua hal yang saling berlawanan dalam satu hati.
Namun, semua itu dapat diobati dengan satu obat yang paling manjur, yaitu iman kepada Allah serta berpegang teguh pada akidah yang sahih. Cara untuk membersihkan jiwa manusia sekaligus menerangi kehidupannya adalah dengan mengikuti jalan yang lurus dan menjauhi jalan setan serta kesesatan hawa nafsu. Nabi Muhammad SAW pernah membuat suatu garis, lalu bersabda, “Inilah jalan Allah.” Kemudian beliau membuat beberapa garis di sebelah kanan dan kiri, lalu bersabda, “Ini adalah beberapa jalan. Pada setiap jalan itu ada setan yang menyeru kepadanya.” Setelah itu, beliau membaca ayat yang artinya:
"Sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah. Dan janganlah kalian mengikuti beberapa jalan itu yang menjadikan kalian bercerai-berai dari jalan-Nya. Itulah yang Allah nasihatkan kepada kalian agar kalian bertakwa." (QS. Al-An’am: 153).
 

 
 
 
 
