Peran Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa, Ulama Nusantara dalam Peradaban Islam dalam Kajian Keilmuan STAI Bumi Silampari Lubuklinggau
Jendelakita.my.id. - Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bumi Silampari Lubuklinggau kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas akademik dengan menyelenggarakan kegiatan Kajian Keilmuan Dosen. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, 1 September 2025, bertempat di ruang pertemuan STAI Bumi Silampari Lubuklinggau. Acara dimulai pukul 16.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.20 WIB dengan menghadirkan salah satu dosen terbaik, yakni Dr. Muhammad Qomarullah, sebagai pemateri utama. Kehadiran beliau menambah bobot keilmuan dalam kajian ini karena materi yang disampaikan tidak hanya bernilai akademis, tetapi juga memberi inspirasi bagi pengembangan wawasan keislaman yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Dalam pemaparannya, Dr. Muhammad Qomarullah menekankan pentingnya kontribusi ulama Nusantara dalam sejarah peradaban Islam. Menurutnya, "Ulama Nusantara telah memainkan peran penting dalam membentuk dan memajukan peradaban Islam. Mereka tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga berkontribusi dalam berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, dan politik. Sayyid Muhsin bin Ali Al-Musawa, ulama asal Palembang yang hidup pada awal abad ke-20, adalah salah satu tokoh yang menonjol dalam jejaring keilmuan Islam di Haramain." Pandangan ini menggambarkan betapa ulama Nusantara memiliki posisi strategis, bukan hanya dalam konteks lokal, tetapi juga dalam percaturan keilmuan global.
Kajian ini secara khusus menyoroti figur Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa, seorang ulama besar asal Palembang yang dikenal luas atas kontribusinya dalam bidang ilmu-ilmu keislaman, khususnya fiqh, ushul fiqh, dan hadis. Walaupun usianya relatif singkat, ia meninggalkan warisan intelektual yang sangat berharga. Karya-karyanya yang monumental, seperti Madkhal al-Wushul ila ‘Ilm al-Ushul, al-Nafhah al-Hasiniyah, dan Nahj al-Taisir Syarh Mandzumah al-Zamzami fi Ushul al-Tafsir, menunjukkan keluasan dan kedalaman ilmunya. Melalui karya-karya tersebut, Sayyid Muhsin tidak hanya meneguhkan eksistensinya sebagai seorang ulama, tetapi juga sebagai intelektual yang berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam di dunia internasional.
Selain menghasilkan karya tulis, Sayyid Muhsin juga memiliki kiprah besar dalam dunia pendidikan. Ia pernah menjadi pengajar di Madrasah Shaulatiyah, salah satu lembaga pendidikan tertua di Makkah, sekaligus mendirikan Madrasah Dar al-‘Ulum al-Diniyyah. Lembaga ini kemudian menjadi pusat penting dalam melahirkan generasi pelajar Islam, termasuk para ulama Nusantara yang berkiprah di tanah air maupun dunia Islam. Melalui institusi pendidikan inilah, ia turut membangun fondasi intelektual yang kokoh bagi perkembangan dakwah dan pendidikan Islam.
Pengaruhnya tidak berhenti pada karya dan lembaga pendidikan, tetapi juga melekat dalam sanad keilmuan yang diwariskannya kepada para murid. Di antara murid-muridnya yang kemudian menjadi ulama besar adalah Syekh Yasin al-Fadani dan K.H. Maimun Zubair. Kedua tokoh ini melanjutkan tradisi keilmuan Sayyid Muhsin sekaligus memperluas jejaring intelektual Islam ke berbagai belahan dunia. Dengan demikian, pemikiran dan pergerakan Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa bukan hanya memperkuat tradisi intelektual ulama Nusantara, tetapi juga menempatkan mereka sebagai bagian integral dari jaringan keilmuan Islam global.
Warisan intelektual Sayyid Muhsin tetap relevan hingga kini. Oleh karena itu, kajian ini merekomendasikan agar pemikiran dan karya-karyanya terus dikembangkan melalui penelitian mendalam, integrasi dalam kurikulum pendidikan Islam, serta digitalisasi dan publikasi karya-karya pentingnya agar mudah diakses oleh generasi sekarang. Upaya tersebut akan memastikan bahwa warisan intelektual ulama Nusantara tidak tenggelam oleh arus modernisasi, tetapi justru menjadi sumber inspirasi bagi pendidikan Islam kontemporer.
Selain itu, penting untuk membangun jejaring akademik lintas negara agar posisi ulama Nusantara semakin kuat dalam percaturan keilmuan global. Tradisi sanad dan metode dakwah yang diwariskan oleh Sayyid Muhsin juga perlu terus dilestarikan melalui penguatan kajian kitab dan lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, warisan intelektual yang ditinggalkannya tetap hidup, relevan, dan mampu menjawab tantangan zaman, sekaligus memperkuat eksistensi pendidikan Islam di tingkat nasional maupun internasional.