Berhaji Tanpa Ke Mekah
Tulisan oleh : H. Albar Sentosa Subari, S.H., S.U.
Jendelakita.my.id. - Suatu hari ada dua orang petani, suami istri yang telah mengumpulkan uang bertahun tahun untuk berangkat haji. Pada tahun yang ditetapkan dimana mereka pasti berangkat, pagi pagi saat matahari terbit kedua nya akan meninggalkan kampung halamannya untuk memenuhi panggilan Ilahi. Pagi yang cerah mereka berkemas rapi serta berpamitan dengan tetangga dan saudara nya. Namun tidak jauh dari rumah dia mendengar suara rintihan kesakitan tetangga nya dan ketika melihat seorang bapak sedang mengerang kesakitan menahan rasa sakit yang sangat. Sementara itu, di samping isterinya dan anaknya yang bingung harus berbuat apa karena sama sekali tidak memiliki uang sedikitpun.
Melihat hal itu, sepasang suami istri yang tadinya siap untuk berangkat haji mengurungkan niatnya. Berkata sang suami kepada istrinya petani. Kita berangkat haji sementara tetangga kita kesakitan, mungkin alangkah baiknya jika kita menolong jiwa seseorang, kita urungkan niat haji untuk tahun depan saja.isterinya setuju.
Suatu hari di surga . Tuhan sedang bertanya kepada para malaikat. Berapa jumlah orang yang naik haji tahun ini?.
Maka para malaikat pun menjawab. Hanya ada dua orang ya Tuhanku.
Tuhan pun berkata. Siapa mereka. Malaikat pun menjawab. Mereka tidak datang ke Mekkah, tetapi hatinya berhaji. Mereka adalah pasangan bapak dan ibu petani yang modal berangkat nya diberikan pada saudaranya yang sakit demi menyelamatkan jiwa tetangganya. Betapa mulia jiwamu wahai petani suci, kata malaikat bergumam kagum.
Ibadah tiap tahun dilaksanakan oleh umat yang mampu bukan hanya mampu secara materi dan fisik tetapi yang penting adalah hatinya sudah benar benar mampu memenuhi panggilan Tuhan. Berapa banyak orang sudah mampu secara materi dan fisik untuk melakukan ibadah haji, terapi bisa dihitung dengan jari orang yang mampu dengan hatinya..
Kita lihat betapa banyak orang kaya yang secara materi berlimpah lalu melaksanakan ibadah haji yang tujuannya tidak murni untuk memenuhi panggilan Tuhan.
Ada yang tujuannya untuk pamer agar dipanggil Pak Haji atau Bu Haji. Ada yang ibadah hajinya setiap tahun, tetapi uang hajinya dari hasil korupsi. Ada yang berbagai macam macam cara yang sebenarnya belum saatnya untuk menjalankan syari'at Islam ke lima ini-- dengan cara menjual tanah, sawah, bahkan ada juga yang berutang -- hanya untuk prestasi dan memuluskan kariernya dalam mengejar keduniawian. Ada juga ibadah haji nya untuk berdagang dan rekreasi.
Niatnya bukan lagi illahi taala, tetapi niatnya sudah berubah menjadi li al- dunia, li al-tijarah wa ghairihim.
Padahal, seharusnya orang sudah menjalani rukun Islam ke lima yang merupakan simbol sekali gus manifestasi pencapaian tingkatan spritual tertinggi setelah mampu menyelesaikan tingkatan spritual empat rukun Islam sebelum nya - ini lebih peka terhadap orang sekitarnya, makin rendah hati, makin meningkat kan ibadah dan makin menjaga hati. Karena itu. Tuhan sungguh Maha adil, Ia tidak buta dan tuli. Dari sekian orang yang beribadah haji ke Mekkah. Tuhan hanya menerima sepasang petani, suami istri yang jauh jauh hari mereka sudah mampu secara hatinya untuk memenuhi panggilan Allah ke Mekkah.
Hal ini merupakan pelajaran bagi kita bahwa jika kita berniat ibadah haji, maka instrospeksi terlebih dahulu haji kita sudah mampu belum untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah, meskipun kita sudah mampu secara materi dan fisik yang sehat untuk menunaikan ibadah haji. Jika belum hendaknya niat untuk beribadah haji urungkan dulu.
Berkacalah pada sepasang suami istri tersebut. Mereka rela mengumpulkan bertahun tahun agar bisa beribadah haji ke Mekkah, tetapi karena tetangga nya sedang sakit parah, ia mengurungkan niatnya untuk berhaji ke Mekah. Mereka lebih memilih menolong saudara nya yang sakit tersebut. Akhirnya, berkat sifat mulianya itu mereka malah diganjar hadiah Nobel Allah SWT, berupa Haji Mabrur. Mereka berhasil karena mereka telah membawa bekal yang terbaik, yaitu Taqwa. "Bawalah bekal, tetapi sebaik baik bekal ialah taqwa. Bertaqwa lah kepada - Ku, hai orang yang beriman yang menggunakan pikiran" (QS. Al- Baqarah: 197).
Mereka sudah memiliki kecerdasan spiritual tingkat tinggi.
Ketahuilah, seseorang yang memiliki kecerdasan spritual tinggi pasti memiliki kecerdasan emosional. Pada saat seseorang sedang melakukan komunikasi vertikal dengan Tuhannya, setelah dia melakukan komunikasi horizontal yang manis dengan sesamanya. Orang yang berjiwa ketuhanan pasti punya jiwa kemanusiaan yang tinggi, begitu pun sebaliknya orang yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi tentunya punya ketuhanan yang taat. Mau berhaji ke Mekah?. Berhaji lah ke dalam Mekah hatimu dulu.