Walisongo dan Pendekatan Kultural
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Sebelum kita mengaitkan sosok Walisongo dan strategi pendekatan kultural; lebih dahulu kita mengetahui siapa siapa Walisongo itu.
(Catatan walaupun jumlah mereka para wali lebih dari sembilan namun icon nya disebut juga Walisongo).
Menurut yang tertulis dalam Kanzul Ilmu, yang dikutip oleh Taufik Hakim, 2018:)
Ada tiga periode Walisongo yang berkiprah dalam islamisasi Jawa.
Periode pertama ( 1404-1435)., adalah;
1, Maulana Malik Ibrahim. Berasal dari Samarkand (Uzbekistan) dikenal sebagai Sunan Gresik.
2, Maulana Ishak adik Maulana Malik Ibrahim awalnya menerapkan di Pasai.
3, Maulana Jumadil Kubro, ayah dari Maulana Malik Ibrahim, berdakwah di sekitar keraton Majapahit.
4, Maulana Muhammad Al- Maghribi, dari Maroko, menetap di Klaten Jawa Tengah.
5, Maulana Malik Israil berasal dari Andalusia, berdakwah di Banten.
6, Maulana Ali Akbar, berasal dari Persia berdakwah di Banten.
7, Maulana Hasanuddin, dari Palestina berdakwah di Banten.
8, Maulana Alimuddin, berasal dari Palestina, berdakwah di Banten
9, Syekh Subakir dari Persia berdakwah di Jawa Timur.
Periode ke dua (1435-1463), menggantikan tiga wali sebelum nya (periode pertama):
1, Raden Ahmad (Sunan Ampel, dari Campa, menggantikan Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M)- didaulat sebagai sesepuhnya para wali.
2, Sunan Kudus dari Palestina mengganti Maulana Israil (wafat 1435 M).
3, Syarif Hidayatullah dari Palestina mengganti Maulana Ali Akbar (wafat 1435 M)..
Periode ketiga (1463); perombakan susunan Walisongo (namun tetap sembilan).
1, Raden Ainun Yakin mengganti kan ayahnya Maulana Ishak wafat 1506 M. menetap di Giri.
2, Raden Said (sunan Kalijaga), mengganti kan Syekh Subakir kembali ke Persia.
3, Sunan Bonang, putra sunan Ampel, menggantikan Maulana Hasanuddin wafat 1462 M, berdakwah di Tuban.
4, Raden Qasim (sunan Drajat, putra sunan Ampel dan adik sunan Bonang mengganti kan Maulana Aliyudin wafat 1462 M, berdakwah di Pacitan, Sedayu, Lamongan.
.Dari catatan J.J.Ras, merujuk Babat Tanah Jawi yang dikutip oleh Taufiq Hakim, peran Walisongo yang turut membangun masjid Demak tahun 1401 saja adalah.
1, Malik Ibrahim
2, Sunan Ngampel
3, Sunan Bonang
4, Sunan Giri
5, Sunan Drajat
6, Sunan Kudus
7, Sunan Muria
8, Sunan Kalijaga
9, Sunan Gunung Jati.
Secara umum Walisongo dikenal lembut dan toleransi terhadap budaya lokal (kultural), ketika menyebarkan agama Islam di Jawa.
Menurut Ashadi, di dalam Walisongo sebenarnya terpecah menjadi dua kubu dalam strategi dakwah nya, yaitu yang menggunakan pendekatan non kompromis dan yang menerapkan pendekatan kompromis.
Sunan Kalijaga termasuk menggunakan strategi yang kompromis dalam berdakwah. Beliau dikenal (sunan Kalijaga) tokoh sinkretis dan lebih banyak menggunakan budaya lokal dalam menyebarkan agama Islam di tengah masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga dikenal lebih menggunakan pendekatan tasawuf, tetapi tetap berada dalam bingkai syariat dalam berdakwah..
Dengan menggunakan strategi ini , sunan Kalijaga bisa lentur dengan budaya lokal.
Sunan yang seperti non kompromis seperti Maulana Malik Ibrahim, juga dia dikenal menggunakan budaya budaya lokal untuk menyebarkan agama Islam. Maulana Malik Ibrahim pandai menyembuhkan penyakit-penyakit masyarakat dengan doa dan ramuan ramuan tradisional.
Sunan Ampel, dengan menggunakan syair syair dan idiom idiom budaya lokal. Sunan Giri dengan kesenian lokal.
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa dakwah para wali itu, termasuk yang telah dikatakan non kompromis, banyak diminati oleh penduduk sekitar saat itu.***
*) Penulis adalah Ketua Lembaga Adat Melayu Sumatera Selatan.