Dr Muhammad Yunus Berikan Kajian Keilmuan Dosen di STAI Bumi Silampari Lubuklinggau tentang "Jati Diri Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat Proses Whitehead dan Implikasinya bagi Pengembangan Institusi"
Jendelakita.my.id. - Dr Muhammad Yunus, yang merupakan Doktor Filsafat lulusan UGM merikan Kajian Keilmuan Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bumi Silampari Lubuklinggau dengan tema "Jati Diri Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat Proses Whitehead dan Implikasinya bagi Pengembangan Institusi".
Kegiatan ini berlangsung di Ruang Pertemuan Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bumi Silampari Lubuklinggau, Senin 5 Agustus 2024.
Mengawali kajian, Dr Muhammad Yunus berbicara tentang Problem Epistemologis (Pengetahuan) tentang Jati Diri.
Berikut adalah uraian yang disampaikan oleh Dr Muhammad Yunus yang juga merupakan Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama di STAI Bumi Silampari Lubuklinggau;
1. Problem Objektivitas. Apakah yang kita tangkap/pahami mengenai diri seseorang/sesuatu, benar-benar dirinya yang sebenarnya, ataukah dia/dirinya yang sudah kita poles dengan rasa senang atau tidak senang (unsur subjektif)? Dapatkah kita menemukan hal-hal objektif yang ada dalam diri seseorang/sesuatu tanpa muatan prasangka yang mengaburkan pemahaman kita terhadapnya?. Kadang muncul ungkapan ”nah keluar aslinya dia sekarang”. Objektivitas adalah jargon zaman modern.
2. Problem subjektivitas. Subjektivitas berarti jati diri dirumuskan berdasarkan selera pengamat. Tentu saja resikonya adalah bahwa gambaran tentang jati diri yang tercipta sangat jauh menyimpang dari aslinya dan lebih merupakan hasil rekayasa kreatif si pengamat. Dalam banyak kesempatan siapa diri kita/sesuatu seringkali ditentukan oleh orang lain. Kalau ada ketidak beresan dalam diri kita, seringkali profil diri kita digambarkan berdasarkan ketidak beresan tersebut. Ini sewenang-wenang. Misal: dalam konteks lembaga pendidikan adanya anggapan tentang pelayanan di UIN buruk.
3. Problem sintesis antara subjektivitas dan objektivitas. Sintesis Imanuel Kant untuk memahami diri yang sebenarnya/jati diri tetap gagal. Kant berpendapat bahwa kita tidak dapat mengetahui das ding an sich/dia dalam dirinya sendiri. Hal ini karena kita tidak dapat mengetahui sesuatu yang berada diluar panca Indra, jati diri diluar jangkauan panca indra.
Kesulitan untuk memahami jati diri secara terang dan jelas, pada dasarnya disebabkan oleh kenyataan bahwa jati diri bukanlah sesuatu yang bersifat permanen tanpa perubahan. Jati diri bukanlah sesuatu yang sudah ada sejak awal dan tinggal ditemukan dan dijadikan pedoman. Oleh karena itu untuk memahami jati diri (pendidikan Islam dll) yang berkembang tersebut, kita akan memanfaatkan sebuah filafat yang berbicara mengenai proses terjadinya sesuatu, yaitu filsafat proses/organisme. Dalam filsafat ini dinyatakan bahwa yang ada bukan pertama-tama benda-benda partikular melainkan sebuah peristiwa. Peristiwa itulah yang melahirkan sesuatu, atau sesuatu terbentuk serta membentuk diri di dalam suatu peristiwa.
Powerpoint Lengkap bisa diperoleh di Link berikut