Di Balik Cerita Tokoh Arya Damar (Jaka Dilah)
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Nama Arya Damar (Jaka Dilah). Di Palembang bukan lah nama yang asing bagi orang orang Palembang sendiri. Apalagi jika dikaitkan dengan tokoh lainnya bernama Redan Fattah.
Arya Damar nama lainnya dikenal dengan Swan Liong.. sedangkan Raden Fatah sama dengan Jin Bun.
Setelah Kerajaan Sriwijaya takluk di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit maka sebagai Adipati (wakil raja) Majapahit Arya Damar diangkat sebagai wakil raja Majapahit di Palembang.
Penempatan Swan Liong (Arya Damar)di Palembang pada tahun 1433 dalam pemerintahan Rani Suhita yang memerintah tahun 1427-1447., saudara sebapak Arya Damar.
Kerajaan Majapahit mencapai kejayaan saat Diperintah oleh Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada.
Di saat pemerintahan Brawijaya V, apalagi setelah Gajah Mada wafat berangsur angsur Majapahit mencapai titik terendah.
Kembali siapa di balik Tokoh Arya Damar tersebut.
Dalam Babat Tanah Jawa, yang dikutip oleh Prof. Dr. Slamet Mulyana, menceritakan bahwa;
Prabu Brawijaya, kecuali kawin dengan Ni Endang Sasmitapura, juga kawin dengan putri Campa dan putri Cina. Putri Campa, isteri prabu Brawijaya nomor tiga, tidak senang dimadu dengan putri Cina. Ia mendesak sang prabu agar putri Cina itu diusir. Namun putri Cina tersebut sudah hamil. Sang prabu menuruti permintaan putri Campa. Gajah Mada diperintahkan oleh sang prabu untuk mengantarkan putri Cina ke Gresik dan menghadiahkan kepada Arya Damar, yang sedang menunggu angin Timur dalam perjalanan nya ke Palembang. Hadiah putri Cina itu diterima baik oleh Arya Damar dan di bawa ke Palembang. Bayi yang sedang dalam kandungan itu lahir di Palembang dan diberi nama RADEN FATAH.
Jin Bun alias Raden Fatah wafat pada tahun 1518 dalam usia 63 tahun.
Arya Damar alias Swan Liong mengasuh Jin Bun dari tahun 1456 sampai 1447.
Menurut Babat Tanah Jawa, Arya Damar memperoleh seorang putra dari putri Cina, hadiah raja Brawijaya, bernama RADEN KUSEN.
Jadi antara Raden Fatah dan Raden Kusen adalah sekandung, berlainan bapak.
Kusen (Hussein) nama Islam nya.
Kedua bersaudara seibu ini enggan untuk mengganti ayahnya Arya Damar menjadi Adipati di Palembang.
Mereka lolos dari keraton, Raden Fatah menjadi santri Sunan Ngampel dan tetap tinggal di Ngampel Denta, dan dijadikan mantu Sunan Ngampel. Raden Kusen berangkat sendiri ke Majapahit dan mengabdi pada prabu Brawijaya. Raden Kusen diangkat menjadi Adipati Terung.
Raden Fatah mendirikan masjid menjadi ulama di Bintara.
Karena berbeda keyakinan Raden Fatah tidak mau menghadap raja Majapahit.
Pendek cerita terjadi penyerangan kerajaan Demak ke kerajaan Majapahit. Pada serangan ke dua Demak menguasai Majapahit. Itupun terjadi setalah Sunan Ngampel wafat.
Sebab wasiat mertua nya, Raden Fatah dilarang untuk membunuh Brawijaya karena itu adalah ayah biologisnya.
Dan cerita tersebut juga pernah penulis turunkan dalam artikel. Peran Ulama dalam sebuah kerajaan. Wallahua'lam.
Nama besar Raden Fatah sebagai seorang ulama penyebar agama Islam di Jawa dan yang bersangkutan di lahir kan di Palembang maka nama tersebut diabadikan menjadi nama sebuah perguruan tinggi yaitu Universitas Islam Negeri Raden Fatah yang dulunya berstatus Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah.
Sedangkan nama besar Patih Gajah Mada diabadikan di perguruan tinggi pertama di Jawa yang didirikan oleh orang Indonesia adalah Universitas Gadjah Mada.
Sedangkan nama besar kerajaan Sriwijaya diabadikan ke dalam nama perguruan tinggi negeri pertama di Sumatera Selatan yaitu Universitas Sriwijaya.
(Universitas Sriwijaya dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta adalah almamaternya penulis).***
*) Penulis adalah Ketua Lembaga Adat Melayu Sumatera Selatan