Menangis Karena Tak Bisa Memberi Manfaat
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Dalam perang Tabuk, ada sebuah momen yang sangat mengharukan. Imam Ibnu Katsir menceritakan dalam tafsirnya, bahwa suatu ketika Abdullah Al Mughaffal Al Muzani beserta enam orang kawannya datang kepada Rasulullah. Mereka berkata, Ya Rasulullah, mohon engkau memberikan izin kepada kami agar ikut dalam dalam perang Tabuk. Berilah kami kesempatan untuk ikut rombongan kendaraan mu. Namun Rasulullah menjawab, Maaf, aku tidak memiliki kendaraan lagi untuk membawa kalian dalam rombongan.
Mendengar jawaban tersebut, seketika mereka beranjak pergi, sedangkan air mata mereka berlinang membasahi pipi. Sedih sekali pasalnya mereka tak bisa memberi tahu manfaat apa apa di perang Tabuk. Mereka tidak bisa ikut serta membela negara dalam perang mulia tersebut. Tapi Allah benar benar mengetahui keikhlasan mereka, keseriusan dan kecintaan mereka yang dalam kepada Allah dan Rasul Nya. Mereka tulus ingin berjuang, namun kondisi kesempitan yang menghalangi niat tulus mereka.
Terhadap hal ini Allah berfirman dalam At Taubah ayat 92 yang artinya.
Mereka kembali, sedangkan air mata mereka berlinang sangat sedih, karena mereka tidak memiliki apa apa yang bisa dibelanjakan (untuk berjihad).
Lain pula dengan sikap Ubah bin Zaid. Ketika dia tidak bisa ikut partisipasi dalam perang, dia menangis sejadi jadinya di tengah kegelapan malam, sembari larut dalam keharuan munajatnya kepada Allah, dia berkeluh kesah:
Ya Allah, sungguh Engkau telah mewajibkan kami ikut berpartisipasi pada perang Tabuk, dan aku pun sangat ingin ikut serta. Namun, aku tidak mempunyai apa apa untuk itu. Karena itu, setiap sakit yang aku derita serta kezaliman yang menimpaku, aku persembahkan kepada saudara saudara ku yang ikut dalam perang Tabuk (Sirah Nabawiyah, Dr. Ali Muhammad Ash- Shallabi).
Coba kita perhatikan kegelisahan dan penderitaan yang mereka rasakan ketika tak kuasa memberi manfaat. Kegelisahan dan penderitaan itu bukan lahir atas dasar basa basi atau pura pura. Mereka tak memberi manfaat bukan kerena pelit alias kikir, tapi kondisinya memang begitu. Mereka adalah orang orang kecil yang telah melakukan hal hal besar dalam hidupnya, bahkan mereka telah menuliskan sejarah besar nya.
Renungan di hari Jumat 14 Juni 2024.
Amal sedikit tapi dikerjakan secara terus menerus, lebih baik daripada amal banyak namun terputus (Hadis Nabi).
Ikhsan itu ialah kamu bersedia mengambil lebih sedikit dari hakmu, dan bersedia memberi lebih banyak dari kewajiban mu (ahli hikmah)
Pohon itu tidak pelit untuk memberikan naungan, walaupun kepada orang yang hendak menebangnya (ahli hikmah).
Dinukil dari Muhammad Yasir, Jangan Hidup Jika Tak Memberi Manfaat, kata pengantar Syaikh Dr. Mahmud al- Mishri - ulama dan penulis best seller Timur Tengah***
*)Penulis adalah Ketua Pembina Adat Sumatera Selatan