Breaking News

Kebudayaan Nasional

Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional, yang setiap tahunnya diselenggarakan beberapa kegiatan, terutama sekolah sekolah mulai dari pendidikan rendah sampai pendidikan tinggi merayakan antara lain dengan melaksanakan upacara bendera.

Namun sebagai purna bakti selaku dosen fakultas hukum universitas Sriwijaya yang membidangi mata kuliah kebudayaan khususnya adat istiadat, maka pada hari pendidikan Nasional tahun ini, akan menurunkan satu tulisan berjudul Kebudayaan Nasional.

Tentu referensi nya adalah pola pemikiran tokoh pendidikan kita, yaitu Ki Hadjar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara terkenal dengan tri Kon nya (konsentrisitas, kontinuitas dan konvergensi).

Namun tidak salah sebelum kita memasuki fokus tentang Kebudayaan Nasional, ada pertanyaan apa kaitan hubungan emosional penulis dengan Ki Hadjar Dewantara, sebenarnya tidak ada hubungan emosional secara langsung tapi kalau boleh diistilahkan bahwa hanya ada hubungan emosional tidak langsung, yaitu penulis disaat menerima ilmu hukum adat dan selaku pembimbing thesis di universitas Gadjah Mada Yogyakarta Dalu di tahun 1985, penulis banyak mendapat masukan ilmu yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara melalui muridnya Ki Prof. Iman Sudiyat SH guru besar hukum adat UGM, juga mantan Rektor Universitas Taman Siswa Yogyakarta.

Salah satunya slogan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara dalam dalam bidang pendidikan adalah hubungan antara guru dan murid agar tidak terjadi hal hal yang melanggar nilai nilai pendidikan adalah sebagai berikut dengan semboyan 

Murid dan Guru harusnya beretika dengan istilah 

JAUH TAPI DEKAT, DEKAT TAPI JAUH.

(bagi guru umum, khususnya guru taman siswa pasti mengerti maknanya).

Kembali pada fokus artikel bahwa kebudayaan berarti BUAH BUDI manusia dan karena nya, baik yang bersifat lahir atau batin, selalu mengandung sifat sifat luhur dan kehalusan atau keindahan, etis dan estetis yang ada pada hidup manusia pada umumnya.( Makna demikian bukan saja hanya teori tapi kenyataannya dapat penulis rasakan disaat kami berinteraksi dengan Ki Iman Sudiyat saya selaku mahasiswa nya dipanggil dengan bahasa Kehormatan yaitu MAS (mas albar- tanda keakraban).

Menurut timbul dan kejadian nya, maka kebudayaan adalah hasil perjuangan manusia, yakni perjuangan nya terhadap segala kekuatan "alam" yang mengelilingi nya, dan segala pengaruh "zaman", atau masyarakat nya yang kedua duanya -- alam dan zaman tersebut -menyebabkan terus menerus berganti ganti segala "bentuk" dan "isi" kebudayaan di dalam hidupnya tiap tiap Bangsa.

Di dalam artian yang umum yang digunakan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat utuhnya bangsa, teristimewa mengenai tingkatan atau derajat kemanusiaan, baik lahir maupun batin.

Kebudayaan Nasional itu sebenarnya tumbuh atau terbentuk dengan memakai bahan bahan dari kebudayaan daerah, sedangkan kebudayaan daerah itu senantiasa dapat diisi dari kebudayaan kota kota dan kabupaten dan seterusnya sampai pada sekecil kecilnya kebudayaan daerah berasal dari kebudayaan komunitas masyarakat tertentu baca etnis.

Kebudayaan Nasional Indonesia ialah segala puncak puncak dan sari sari kebudayaan yang bernilai tinggi di seluruh kepulauan, baik yang lama maupun yang hasil ciptaan baru, yang berjiwa nasional. Dengan demikian maka;

a. Menghentikan pemeliharaan segala kebutuhannya lama, yang merintangi kemajuan hidup perikemanusiaan;

b. Meneruskan pemeliharaan kebudayaan lama yang bernilai dan bermanfaat bagi hidup perikemanusiaan, di mana perlu dengan perubahan, diperbaiki, disesuaikan dengan alam dan zaman baru;

c. Memasukkan segala macam kebudayaan dari luar kedalam kebudayaan bangsa kita ini, asal yang dapat memperkembangkan dan atau memperkaya hidup dan penghidupan bangsa ini.

Hubungan kebudayaan antara bangsa ada yang berlaku dengan sendirinya, ada pula yang dilangsungkan dengan sengaja. (Natuurlijk dan Psychologis), akan tetapi kadang kadang merugikan , karena bertentangan dengan syarat kemajuan seutuhnya. Menguntungkan apabila berdasarkan maksud yang baik dan dengan mengingat syarat syarat evolusi selengkapnya. Sebaliknya ada pula yang merugikan, yaitu dengan maksud maksud lain biasanya "imperialisme" dan atau kapitalisme terkandung di dalamnya.

Kalau kita menggunakan bahasa sekarang dengan bahasa sedikit berbau politis, maka kebudayaan nasional itu yang berasas tri Kon (konsentrisitas, kontinuitas dan konvergensi), akan menjadi utuh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Dengan menghargai kebhinekaan dengan majemuk ragam nya berupa antara lain ; suku, ras, dan agama. Sebagai modal utama dan pertama dalam menggalang persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.***

*) Penulis adalah Ketua Pembina Adat Sumatera Selatan