Bekerjalah Selagi Engkau Sanggup Bekerja
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - QS. At-taubah: 105 yang artinya "Bekerjalah, karena Allah dan Rasul- Nya, serta orang orang yang beriman akan melihat pekerjaan mu".
Ayat ini adalah salah satu motivasi yang mendorong semangat ummat Islam, agar menjadi bintang dalam bidang nya. Ini juga menjadi pijakan orang orang beriman agar memproduksi amal amal unggulan yang dibanggakan, menciptakan amal yang menghadirkan manfaat sebanyak banyaknya bagi orang lain.
Amal saleh itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya. Orang orang yang berada di sekitarnya juga kecipratan aroma harum. Kedua pihak sama sama diuntungkan. Manfaat psikologis dari kebijakan itu terasa seperti obat obat manjur untuk tersedia di apotek.
Amal saleh itu banyak jenis dan ragamnya. Allah akan memberi balasan sesuai kadar atau jenis anal itu sendiri
Dalam setiap amal ada variabel variabel yang bisa menjadikan nya bernilai tinggi dan ada virus virus yang bisa mengurangi pahalanya, bahkan menghilangkan maknanya sama sekali.
Karena nya, Allah kemudian menyuruh kita memproduksi amal terbaik, bukan amal terbanyak.
Allah berfirman yang artinya Allah menguji siapa di antara kalian yang lebih bagus amalnya (al-Mulk: 2). Di sini disebutkan " sebaik baik amal), bukan sebanyak banyaknya amalan".
Orang yang menyumbang satu juta rupiah dengan niat ikhlas semata mata karena Allah, tentu lebih berkualitas dibandingkan menyumbang sepuluh juta rupiah, tanpa keikhlasan. Tetapi kalau para penyumbang sama sama ikhlas, maka sumbangan terbanyak sekaligus menjadi sumbangan terbaik.
Dengan bekerja (beramal), manusia akan eksis. Kalau Descartes, filosof Prancis, mengatakan, Aku berpikir, maka aku ada. Islam justru mengajarkan "Aku beramal, maka aku bisa eksis.". Karena salah satu tujuan hidup manusia di dunia ialah untuk melakukan amal terbaik (al-Mulk: 2).
Bermakna - tidaknya hidup seseorang, mulia atau hinanya ditakar dari amal anal saleh yang telah dilakukan. Orang yang sering berbuat baik, maka hidupnya akan dihargai; sementara orang yang tidak pernah berbuat baik, selamanya tidak akan dihargai, baik oleh manusia maupun Allah.
Pernahkah, kita sesekali bertanya pada diri sendiri, siapkah kita menjadi manusia yang tidak berharga?. Tentu saja, kita tidak siap menjadi manusia hina.
Dan masing masing mendapat derajat menurut apa yang mereka telah perbuat (al- Ahqaf; 19).
Islam tak membatasi bentuk dan jenis perbuatan manusia. Pun tidak dibatasi kepada siapa saja perbuatan itu ditujukan. Apapun jenis perbuatan itu: apakah besar atau kecil, ringan atau berat, sederhana, rumit, mudah atau sulit, baik ditujukan pada manusia, binatang, tumbuh tumbuhan, sungai, laut dan benda mati lainnya, asalkan dia baik pandangan Allah, Rasul dan orang beriman, maka ia dianggap perbuatan baik.
Kaidah kehidupan mengajarkan, "Siapa yang menanam benih dia akan memetik buah". Karena itu, alangkah baiknya bila benih yang kita tanam adalah perbuatan baik, sehingga hakekatnya kita sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Qur'an.
QS. Al-Isra': 7). Kalau kalian berbuat baik, itu artinya kalian berbuat baik kepada diri kalian sendiri. Dan kalau kalian berbuat buruk, akibat nya bagi kalian juga.
Begitu lah cara praktis memuliakan diri sendiri.***
*) Penulis adalah Ketua Pembina Adat Sumatera Selatan