Breaking News

Impian Sang Ayah

Ilustrasi Ayah dan Anak
Image by PublicDomainPictures from Pixabay

Oleh: Aming Bayu Prandika

JENDELAKITA.MY.ID –  Saya seorang laki-laki yang yang termasuk menikah muda, saat saya menikah saya berusia 23 tahun  begitu juga istri saya sebaya dengan saya saat itu.

Saat pertama saya menikah awalnya saya belum merasakan bahwa saya seorang suami masih  bersifat bebas, waktupun berlalu akhirnya putri pertama saya lahir dan di sinilah jiwa seorang bapak mulai muncul perlahan-lahan dengan seiringnya waktu.

Singkat cerita putri saya sudah menginjak usia 4 tahun disinilah titik kegelisan saya sebagai seorang ayah, Saya sangat takut akan putri saya nanti mengalami hal-hal yang saya alami ketika sudah minginjak dewasa, begitu sulitnya mencari pekerjaan saat ini apalagi di masa-masa yang akan datang.

Saya sebagai seorang ayah harus bertekat keras untuk maju lebih jauh lagi dengan cara menyambung pendidikan saya, bertujuan agar saya bisa mencari pekerjaan yang bisa membantu prekonomian saya di masa-masa kedepan, saya sadar kebutuhan saya kedepan akan jauh lebih besar dari sekarang.

 Saya merasa malu apabila putri saya nanti tidak bisa merasakan bangku sekolah tidak seperti anak-anak yang sebayanya saat itu, sebagai seorang ayah tidak adahal lain yang bisa membuatnya bahagia kecuali anaknya menjadi orang yang sukses dunia & akhirat.

Karna itu saya harus pintar dalam mencari uang untuk menyekolahkan putri saya sampai jenjang yang lebih tinggi lagi dari saya, sehingga kedepannya putri saya mudah dalam mencari pekerjaan dengan pengetahuannya tampa harus banting tulang.

Bangga dan sukses yang saya rasakan jika saya bisa mendidik seorang putri yang dititipkan Allah kepada saya.

Tapi saat ini saya harus berjuang keras untuk menggapai tujuan tersebut, dengan cara lebih keras lagi belajar, harus kuat dalam menjalani hidup jangan mengeluh, karna satu tetesan air mata putri saya lebih berharga dari seribu air mata saya sebagai seorang ayah.

Dan bagai manapun sosok seorang istri juga berperan penting di balik sosok seorang suami yang sedang berjuang untuk masa depan bersama, karna do`a seorang istri untuk suami sangat di butuhkan ketikah seorang suami mulai adarasa lelah di benaknya.

Seiring berjalannya waktu tanpa disadari anak saya sudah siap menginjak bangku sekolah sayapun sudah menyiapkan tabungan untuk itu, bahagia melihat anak-anak bisa belajar dan bermain bersama teman-temannya, berat memang terasa saya sebagai orang biasa-biasa saja harus banyak mengeluarkan biaya dengan kondisi saya saat ini sebagai mahasiswa.

Tapi mau bagai mana lagi saya sudah membulatkan niat bertujuan agar suatu saat saya selesai perkuliyahan bisa bekerja ditempat yang bisa membuat menaikan perekonomian, agar anak-anak saya bisa meninjak jenjang di universitas yang lebih tinggi dari pada saya.

Ada suatu ketika dimana saya merasa malu sama teman-teman saya dimana mereka  mengajak anak-anak mereka berlibur bertujuan untuk membuat anak-anak mereka bahagia, waktu itu saya tidak ada uang lebih dan disitu saya bicara sama anak saya berusaha untuk menjelaskan bahwa kondisi saya tidak memiliki uang, dari tatapan anak saya terlihat memang agak sedih tapi sepertinya dia memahami kondisi saat ini, tapi untuk membuat dia tidak berkecil hati sayapun membuat janji kepada anak saya jika dia mendapatkan nilai setarus pada saat dia ulangan nanti saya akan mengajaknya untuk berjalan-jalan dan dia pun bersepakat, istri sayapun ikut membantu membuat kondisi saat itu menjadi dingin.

Hari berganti waktu berlalu saya yang duduk di bangku perkuliahan tampa terasa sudah menijak semester ahkhir dan anak saya pun sudah menginjak kelas 4 SD pahit manis saya sebagai seorang ayah sudah rasakan di masa itu.

 Dengan beriringnya waktu saya dan istri sayapun mulai menjadi lebih dewasa dengan bertambahnya usia kami dan anak kami, kunci dari semua ini tidak terlepas dari do`a kami sebagai orang tua untuk anak kami agar menjadi lebih baik dari pada kami di masa sekarang, perjalan kami sebagai orang tua akan terus kami tingkatkan untuk mendidik anak kami agar menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, dunia dan akhirat.***

*) Penulis adalah Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) STAI Bumi Silampar