Breaking News

Apakah benar Ketika Menstruasi Wanita Mudah Marah, Mitos atau Fakta

Image by sallina13 from Pixabay

Jendelakita.my.id. - Pernyataan bahwa wanita mudah marah saat menstruasi sering kali dianggap sebagai mitos, namun penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ada kebenaran di balik klaim ini. Banyak wanita melaporkan perubahan suasana hati, termasuk mudah marah, selama periode menstruasi mereka. Perubahan hormonal yang terjadi selama siklus menstruasi dapat mempengaruhi mood dan emosi, membuat beberapa wanita lebih rentan terhadap stres dan iritasi.

Hormon estrogen dan progesteron memainkan peran penting dalam mengatur siklus menstruasi dan dapat mempengaruhi neurotransmiter di otak seperti serotonin, yang berperan dalam mengatur suasana hati. Penurunan kadar serotonin dapat menyebabkan perasaan sedih atau mudah marah. Selain itu, perubahan hormonal ini juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti kram, nyeri, dan kelelahan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi suasana hati dan kesejahteraan emosional.

Premenstrual Syndrome (PMS) adalah istilah medis yang menggambarkan kumpulan gejala fisik dan emosional yang terjadi sebelum menstruasi. Gejala PMS bisa bervariasi dari ringan hingga parah, dan salah satu gejala yang sering dilaporkan adalah perubahan suasana hati, termasuk iritabilitas dan marah-marah. Beberapa wanita juga mengalami Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), bentuk PMS yang lebih parah dan dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua wanita mengalami perubahan suasana hati yang signifikan selama menstruasi. Tingkat keparahan dan jenis gejala bisa sangat bervariasi dari satu wanita ke wanita lain. Beberapa wanita mungkin tidak mengalami perubahan suasana hati sama sekali, sementara yang lain mungkin mengalami gejala yang cukup berat.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana individu mengelola stres dan faktor-faktor eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi suasana hati. Misalnya, jika seorang wanita mengalami banyak tekanan di tempat kerja atau dalam kehidupan pribadinya, gejala PMS mungkin terasa lebih intens. Pola makan, tingkat aktivitas fisik, dan kualitas tidur juga dapat mempengaruhi bagaimana seorang wanita mengalami menstruasi.


Ada juga faktor sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi persepsi dan pengalaman wanita terkait menstruasi. Di beberapa budaya, menstruasi masih dianggap sebagai topik yang tabu, yang dapat menyebabkan perasaan malu atau tidak nyaman. Stigma ini dapat memperburuk pengalaman emosional selama menstruasi, membuat wanita merasa lebih stres atau terisolasi.

Meskipun ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa hormon menstruasi dapat mempengaruhi suasana hati, penting untuk tidak menggeneralisasi pengalaman semua wanita. Setiap individu unik dan mungkin mengalami menstruasi dengan cara yang berbeda. Pendekatan yang terbaik adalah memahami tubuh dan kebutuhan emosional pribadi serta mencari dukungan jika diperlukan.

Wanita yang merasa gejala PMS atau PMDD mereka sangat mengganggu kehidupan sehari-hari harus mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Ada berbagai perawatan yang dapat membantu mengelola gejala, termasuk perubahan gaya hidup, terapi hormon, dan obat-obatan.

Penting juga untuk mendidik masyarakat tentang realitas menstruasi dan menghormati pengalaman individu. Mengurangi stigma seputar menstruasi dapat membantu wanita merasa lebih nyaman berbicara tentang pengalaman mereka dan mencari dukungan yang mereka butuhkan.

Secara keseluruhan, pernyataan bahwa wanita mudah marah saat menstruasi bukanlah sepenuhnya mitos, namun juga bukan fakta absolut untuk semua wanita. Ini adalah hasil dari kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial yang bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana hormon mempengaruhi suasana hati dan bagaimana mengelola gejala dapat membantu wanita menjalani siklus menstruasi dengan lebih nyaman dan percaya diri.