Breaking News

Persilangan antara Mitos dan Sejarah Melayu

Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Mitos yang dimaksudkan di sini adalah upaya mengaitkan asal usul raja raja dengan penguasa yang telah dimitoskan sebelum nya oleh kebudayaan masa lalu sebagai manusia luar biasa. Adapun sejarah merupakan rangkaian kejadian yang pernah berlangsung dengan para pelakunya yang pernah ada .

Tetapi tidak menutup kemungkinan ada juga peristiwa dan tokoh yang bersifat fiksi dalam apa yang disebut sebagai sejarah. Bahkan, dari sekalian banyak hikayat dalam dunia Melayu, mitos dan fiksi selalu dan senantiasa hadir berpulun pulun dan bersimpang siur dengan apa yang dianggap sebagai fakta sejarah..

Maka sari itu, naskah klassik Melayu yang dianggap sebagai sejarah seperti karya Tun Sri Lanang "Sulalat al-Salatin atau Sulatus Salatin atau sejarah Melayu" serta bermacam macam kronik Melayu lainnya yang telah dan pernah ada ditulis, dapat digolongkan sebagai sejarah -sastra atau sastra sejarah. Dan hal yang demikian juga berlaku dalam kronik dan sejarah bangsa lain di setara dunia.

Meneroka kronik kuno dianggap sebagai sejarah dengan dengan definisi sejarah modern adalah sebuah pekerjaan yang melelahkan bahkan sia sia. Ketika itu, dalam menulis sejarah nya, bangsa bangsa disetera dunia, termasuk Melayu, belum mengenal teori penulisan sejarah seperti yang dipakai dalam penulisan sejarah modern. Dalam penulisan sejarah bangsanya, para penulis kronik kuno masih menggunakan bingkai mitos dan fiksi. Kalau diumpamakan bangunan tubuh manusia, sejarah sebagai tulangnya, sedangkan fiksi sebagai daging dan mitos adalah darah nya.

Dengan demikian ketika bangsa Melayu menulis sejarah nya, jarak dengan masa lalu sebelum mereka lebih dekat dibandingkan dengan kita zaman modern. Dengan sendirinya mereka tak dapat mengelak dari keterpengaruhan budaya dan cara berfikir masyarakat sebelum mereka yaitu, masyarakat kuno.

Banyak kronik dan naskah sejarah Melayu ditulis dizaman bangsa Melayu sudah memeluk agama Islam. Namun keterpengaruhan hinduisme dan Budhisme tak dapat dielakkan. Pada masa itu bangsa Melayu sedang mencari atau membentuk jati diri sesuai konsep Islam.

Raja Ali saja dalam Tuhfat Al Nafis, tak dapat mengelak dari mitos, pada hal Tahfat al-Nafis ditulis abad ke 19 M.

Bersilang simpang siur mitos dan fiksi dalam kronik Melayu biarlah jadi daya tarik tersendiri. Disinilah letak pesonanya.

Mitos anak manusia merupakan bagian dari pernikahan mozaik budaya.

Naskah klassik Sulatus Saladin yang ditulis Tun Sri Lanang, sebelum sampai ke raja Melayu pertama yang turun di BUKIT SIGUNTANG Palembang.

Sebagai nenek moyang pertama berpuncak atau berasal dari raja Iskandar Zulkarnain, anak raja Darah dari Macedonia.

Pendek cerita beberapa penulis seperti Hasan Yunus yang dikutip oleh Ahmad Dahlan selalu disebut dalam Tuhfat Al Nafis, nama Demang Lebar Daun, alkisah Maja tersebutlah perkataan ada sebuah negeri di tanah Andalas, Palembang namanya. Demang Lebar Daun Nana rajanya. Asalnya dari cucu Raja Syulan juga. Muara Tatang nama sungainya. Maka di hulu Muara Tatang itu ada sebuah sungai Melayu namanya. Dalam sungai itu ada sebuah bukit, SIGUNTANG MAHAMERU namanya.

Selanjutnya Sulatus Salatin menceritakan tentang dua orang perempuan dan yang berhuma di bukit Siguntang itu. Wan Empuk dan Wan Malini namanya. Padi mereka mendekati masak. Pada suatu malam, keduanya melihat seberkas cahaya mengelebat dari puncak Bukit Siguntang ke tengah ladang. Esok harinya mereka turun ke ladang melacak sumber cahaya semalam. Kedua menemukan padi mereka telah berbuah emas, berdaun perak dan berbatang suasa.

Kedua nya lalu berjalan ke bukit Siguntang. Tanah bukit itu pun telah menjadi emas.

Di sini keduanya bertemu dengan tiga putra gagah dan kacak; duduk di atas gajah putih, berpakaian kerajaan yang indah dan bermahkota bertatah Ratna mutu Manikam, termuat gagah rupa ketiganya, Wan Empuk dan Wan Malini terkesima tiada kepalang..

Siapakah ketiga remaja itu, adalah anak cucu raja Iskandar Zulkarnain.

Bermula dari raja Iskandar Zulkarnain sampai raja Culan. Mereka lah anak Raja Culan dari bunda Tuan Putri Mathab al-Bahri .

Tersohorlah ke segenap negeri, wanita empuk dan Wan Malini menjadi kaya raya semenjak padi' nya berbuah emas. Kabar mengenai tiga anak raja keturunan Iskandar Zulkarnain yang turun di bukit Siguntang itu sampai pula ke telinga Demang Lebar Daun.

Kelak , Demang Lebar Daun menyerahkan tahta Kerajaan nya kepada salah seorang keturunan Raja Iskandar Zulkarnain itu bernama Sang Sapurba. Berkerajaanlah beliau di Palembang menikah dengan anak raja Demang Lebar Daun bernama wan Sendari.

Keturunan dari Sang Sapurba dengan Wan Sendari menjadi raja raja Melayu..

Untuk memahami Salalatus Salatin, termasuk kronik Melayu lainnya, tidak dapat ditelusuri sampai ke akar-akarnya karena dia akan berhadapan dengan pandangan objektif dari sudut pandang yang berbeda. Seperti kata Hasan Yunus, menafsirkan sejarah Melayu dari berbagai versi bisa jadi sangat rumit karena banyak mengandung makna tersirat dan banyak kusut seliratnya.***

*) Penulis adalah Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan