Breaking News

Menyimak Isi Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945


Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Sidang BPUPKI pertama 29 Mei - 1 Juni 1945 .

Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai, dalam sidang pertama kali oleh Ketua nya Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat diminta agar para anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai, untuk mengemukakan masalah dasar negara Indonesia merdeka.

Sebelum tiba giliran Ir. Soekarno, beberapa tokoh seperti Prof. Mr. Muhammad Yamin dan Prof Dr. R. Soepomo, SH sesudah menyampaikan pidatonya masing masing.Namun menurut Ir. Soekarno, belum menjawab permintaan dari ketua BPUPKI (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai)

Permintaan ketua BPUPKI menurut Soekarno adalah dalam bahasa Belanda: Philosofische groundslag dari Indonesia merdeka, yang akan menjadi fondasi, filsafat, pikiran yang sedalam dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal abadi.

Karena akan bicara dasar negara merdeka.

Sebelum mengusulkan apa yang menjadi dasar berdiri Indonesia (merdeka), beliau mengemukakan dulu makna sebuah kemerdekaan sebagai pembuka pidato nya.

Beliau membandingkan beberapa negara yang sudah merdeka, apakah sama isinya dan derajat masing masing negara merdeka tersebut.

Jerman, Saudi Arabia, Iran, Tiongkok, Nippon, Amerika, Inggris, Rusia, Mesir, semuanya merdeka. Tapi apakah isi dan philosofi mereka sama.

Beliau mencontoh Saudi Arabia merdeka, dengan 80 persen rakyatnya kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal hal itu. Demikian pula Sovyet Rusia saat Lenin mendirikan Soviet rakyat 80 persen belum bisa baca tulis.

Demikian pula halnya apakah Indonesia "merdeka" harus menunggu rakyat pintar baru merdeka. Sampai kapanpun Indonesia tidak akan merdeka.

Tentang masalah kemerdekaan ini, Ir Soekarno sejak tahun 1933 telah menulis satu risalah yang bernama "Mencapai Indonesia Merdeka"

Dengan berapi api Ir. Soekarno memberi semangat kepada para pemuda untuk secepatnya Indonesia merdeka.

Persoalan kita sekarang adalah ---- kalimat Ir Soekarno Kita ini berani merdeka atau tidak.

Sebelum memasuki materi dasar negara, pada alinea terakhir pembukaan pidato nya tentang arti MERDEKA menga

Di dalam Indonesia merdeka itulah kita memerdekakan rakyat. Di dalam Indonesia merdeka itu lah kita memerdekakan hati bangsa Indonesia.

Di dalam Indonesia merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik baiknya. Inilah maksud saya (Ir. Soekarno) dengan perkataan JEMBATAN, di seberang, jembatan tadi. JEMBATAN EMAS inilah baru kita leluasa menyusuri masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal dan abadi.

Di dunia ini banyak negara merdeka yang berdiri di atas "Weltanschauung". Hitler mendirikan Jerman di atas "National-sozialistische Weltanschauung".

Lenin mendirikan negara Soviet di atas Marxistische Weltanschauung dan lain lain.

Tentu Indonesia harus ada Weltanschauung untuk Indonesia merdeka.

Untuk itu benar seperti yang disampaikan Ki. Bagoes Hadikusumo, bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita mencari persatuan Philosofische groundslag, mencari satu Weltanschauung.

Untuk mencari satu Weltanschauung itu Ir. Soekarno telah menyampaikan pendapatnya tentang Weltanschauung yang berisi dari lima butiran mutiara yang sudah ada namun terpendam akibat penjajahan hampir tiga setengah abad lamanya.

Bahwa sejak tahun 1819, beliau sudah memikirkan dasar buat Indonesia merdeka adalah pertama dasar Kebangsaan. Maksudnya membangun Nationale Staats.

Kita 2 kali mengalami Nationale Staats, yaitu di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

Kebangsaan yang bulat menjadi satu Nationale Staats dari Sabang sampai Merauke. Istilah Ki. Bagoes Hadikusumo mengatakan tentang Persatuan antara manusia dan tempat.

Mendirikan negara merdeka otomatis menuju kepada kekeluargaan antar bangsa yang ada di dunia. Ir. Soekarno maksudnya sebagai "Internasionalisme"

Selanjutnya nomor tiga dengan prinsip "mufakat".

Prinsip keempat yaitu prinsip kesejahteraan, prinsip: tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka merdeka.

Dengan menjalankan Demokrasi politik dan Demokrasi Ekonomi.

Politik ekonomis yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial.

Dalam pemahaman lama rakyat Indonesia tertanam dengan Ratu-Adil?

Yang dimaksud dengan paham Ratu -Adil, ialah Sociale rechtvaardigheid. Rakyat ingin sejahtera, rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan, kurang pakaian, menciptakan dunia baru yang di dalamnya ada keadilan, di bawah Ratu-Adil Adil.

Pesan cemerlang Ir. Soekarno buat kita ...... Jikalau kita memang betul betul mengerti, mengingat, mencintai rakyatnya Indonesia, mari Ita terima prinsip SOCIALE RECHTVAARDIGHEID ini yaitu bukan saja persamaan politik, tatapi juga di lapangan ekonomi kita mengadakan persamaan. Artinya kesejahteraan yang sebaik baiknya.

Akhir dari pidato Ir Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan 4 prinsip.

1, Kebangsaan Indonesia 

2, Internasionalisme -- atau Eri kemanusiaan 

3, Mufakat -- atau demokrasi 

4, Kesejahteraan Sosial.

Prinsip yang kelima hendaknya: menyusun Indonesia merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Dimana sesama umat yang beragama, saling hormat menghormati)

Ke lima prinsip itu ditawarkan oleh Ir. Soekarno kepada seluruh anggota BPUPKI untuk memilih dan mengambil persetujuan bersama.

Ke lima sila tersebut, atas usul teman nya ahli bahasa disebut Panca Sila.

Pancasila itulah sebenarnya Weltanschauung kita. Yang telah diperjuangkan oleh Ir. Soekarno sejak tahun 1918-1945.

Sebagai kata kuncinya Tidak ada Weltanschauung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit, jika tidak dengan Perjuangan.

Di tengah tengah akhir pidatonya menyampaikan gagasan adanya kebebasan untuk memilih yang mana dari lima mutiara yang disampaikan nya tadi. Terserah mau dibuat kelima lima butiran ( Panca Sila), mau tiga sila (Tri sila) dan satu sila (Ika sila). Gotong royong.

Akhirnya sepakat seiring berjalannya waktu sampai ke tanggal 22 Juni 1945, lahir lah Piagam Jakarta. Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 , disahkan Pancasila sebagai Weltanschauung Bangsa Indonesia merdeka adalah Pancasila yang termuat dalam alinea keempat dari Pembukaan UUD NKRI tahun 1945. (Tanggal 18 Agustus sebagai hari Konstitusi).

Yang diawali dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 , yang dibacakan oleh Soekarno - Hatta atas nama bangsa Indonesia. MERDEKA.***

*) Penulis adalah Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan