Mengenal Asal Nama "Melayu"
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Prof. Dr. R.C. Majumdar (JBORS, vol. XX..p. 251)., mengatakan bahwa ada satu suku di India bernama "Malaya" dan orang Yunani menyebut mereka "Malloi" dan ada lagi nama gunung "Malaya", yang menjadi sumber sandalwood. Banyak lagi nama nama di Asia Tenggara dan Nusantara yang namanya berasal dari India.
Bahkan pada suku Karo ada marga Sembiring yang berasal dari India. Ada legenda orang Minangkabau bahwa leluhur mereka berasal dari India juga (Sang Sapurba yang turun di Bukit Siguntang Maha Meru bersama dengan dua saudaranya yang lain).
Setelah kalahnya Sriwijaya dan Melayu di Jambi dan Damasraya di Sumatera Barat, maka bahasa Melayu itu berpusat kini di Pasai dan Malaka. Imperium Melayu di Melaka yang didirikan PARAMESWARA di tahun 1400 M, itu mengembangkan, terutama setelah Islam bahasa dan budaya Melayu itu mula mula ke pesisir timur Sumatera dan Kalimantan dan lalu ke seluruh Semenanjung Tanah Melayu sampai ke Patani Thailand Selatan.
Ketika orang Portugis dan orang Barat lainnya tiba pada abad ke 16 M, maka sudah dikenal lah adanya orang Melayu yang dilekatkan dengan agama nya Islam dan karena bahasa Melayu sudah menjadi lingua Franca di Asia Tenggara, maka orang Barat menganggap semua penghuni Nusantara ini adalah orang Melayu mendiami kepulauan Melayu.
Nama Melayu merupakan identitas Ras Melayu.
Di abad ke 18 M orang Barat, terutama Belanda dan Inggris yang mulai aktif di Nusantara, menganggap semua penduduk Nusantara dan Semenanjung Malaya ole karena warna kulit dan propil tubuhnya sama semuanya, serta bisa mengerti bahasa Melayu selaku lingua Franca, menyebut pribumi itu dengan nama BANGSA MELAYU. Hal ini diikuti oleh para sarjana antropologi etnologi Barat lainnya yang membuat teori bahwa bangsa pribumi di Semenanjung Malaya dan Nusantara berasal dari satu nenek moyang yang datang dari daratan Yunan dan kemudian berpindah ke Indo Cina dan Kamboja.
Beberapa puluh abad sebelum Masehi, gelombang bangsa bangsa itu berpindah ke Semenanjung Malaya dan ke kepulauan Nusantara. (Prof. J.C. Van Eerde, dalam Tengku Lukman Sinar, 7).
Sebelum kedatangan Ras Indonesia Mongoloid (proto-melayu dan deutero - Melayu) ini ke Sumatera, ras ras sebelumnya itu baru hidup di dalam jenjang kebudayaan "Paleolithicum dan Neolithicum" yang tinggal di dalam gua gua batu dan memakai alat senjata dan perburuan terbuat dari perkakas dari batu yang digosok (Sumatra Lith) yang banyak terdapat di dekat tumpukan kulit kerang dari Tamiang sampai ke Labuan Deli.
Bilik bilik gua batu ini ditemukan misalnya di Sembahe (Duritani) di Sukaluwai (Serdang Hulu), yang oleh orang Karo disebut "Batu Kemang" dan di berbagai legenda di Sumatera dan Malaya orang orang Negrito ini disebut Orang Bunian (karena bertubuh kecil atau keterangan) atau orang Humang. Dengan kedatangan berbagai gelombang Ras Proto Melayu dan Deutero Melayu itu, maka ras ras Negrito dan Weddoit ini sudah punah dari Sumatera.
Oleh karena itu akhir akhir ini beberapa sarjana asing mengatakan bahwa orang Talang Mamak dan Kubu di Riau itu adalah Orang Melayu, karena mereka mengaku demikian meskipun mereka itu ada yang belum Islam. Begitu juga sering kita dengar orang Batak mengatakan bahwa mereka juga Melayu..
Sebelum perang dunia ke dua kaum inlander (pribumi bangsa Indonesia)sering dijuluki negatif oleh orang Barat. Melayu dengan kata kata diskriminatif seperti "spion Melayu" , Jam Melayu (jam karet), Melayu bodoh atau malas dan bersifat negatif lainnya. Lain tidak dikarenakan kekeliruan kata MELAYU mengenal kelompok RAS, yang seharusnya dan sebaiknya disebut Ras Indo-Mongoloid.***
*) Penulis adalah Ketua Pembina Adat Sumatera Selatan