"Penghilang Kenikmatan" Alias Kematian
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Islam membentuk pribadi yang selalu mengingat akhir kehidupannya yang sudah pasti, agar ia tidak lengah dan lalai dengan tugasnya. Sehingga hal itu dapat menjadi motivasi bagi nya untuk selamanya memperbanyak amal shaleh setiap kali mengingat kematian.
Orang yang mencermati hadist hadist tentang zikir, maka ia mendapatkan zikir "penghilang Kenikmatan" pada setiap bagian dari nya. Bahkan sejak bangun tidur hingga saat sebelum tidur. Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita saat bangun pagi untuk mengucapkan; segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia " mematikan kami dan kepada Nya tempat kembali (HR. Bukhari).
Beliau juga mengajarkan kepada kita saat naik kendaraan untuk mengucapkan;
Sesungguhnya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila telah duduk di atasnya, dan supaya kamu mengucapkan: Mahasuci Dzat yang telah menundukkan semua ini untuk kami padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami" (QS. Az-Zukhruf; 13-14).
"Munqalibuun artinya: kami kembali kepada Nya, suatu hal yang tersembunyi untuk mengingat kematian.
Kemudian beliau mengajarkan kepada kita pada saat berbaring di atas tempat tidur sebelum tidur untuk mengucapkan; Dengan nama Allah, aku hidup dan mati " (HR. Bukhari).
Antara doa pagi dan dia tidur terdapat zikir zikir yang di dalamnya menyebut kematian, sehingga orang mukmin akan selalu mengingat kematian yang pasti terjadi. Kemudian ia hidup dengan kehidupan yang RABBANI, bergantung kepada Pencipta langit dan bumi dengan penuh ketundukan kepada Nya dan berusaha merealisasikan UBUDIYAH kepada Nya di bumi. Ia tidak lalai dengan faktor keberadaannya dan tidak mengekor kepada orang kafir dalam cara hidup mereka, tapi ia hidup dengan kemanusiaannya yang sempurna, dengan menyadari bahwa waktu itu terbatas dan jarum yang terus berputar dan setiap waktu yang lewat tidak akan dapat kembali lagi hingga kiamat.
Oleh karena itu orang yang beruntung adalah orang yang memanfaatkan waktu sebelum usianya tutup. Sedangkan orang yang merugi adalah orang yang lupa dengan kematian itu, tiba tiba kematian itu datang pada detik detik terakhir kehidupannya, sebelum ia menyiapkan perbekalan yang semestinya harus ia persiapkan.***
*) Penulis adalah Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan