Tragedi Kita Saat Ini
Tulisan Oleh: Albar Sentosa Subari*)
JENDELAKITA.MY.ID - Apabila
kita analogikan kisah kisah Al Qur'an dengan realita di akhir zaman, kita akan
menemukan kesamaan yang mengagungkan dalam Sunnah Sunnah Allah, dan akan kita
kembali mengulangi pertanyaan yang sama; mengapa Allah menunda sekarang
tumbangnya para thought yang menindas kita?.
Syekh Abdul Hamid Al Balali, dalam bukunya Semua Pasti Ada
Hikmahnya ( hiburan saat menghadapi cobaan), 2008: menggali sebab sebab nya
antara lain;
Pertama, karena masih banyak orang yang mendukung para
thughat dan membenarkannya, sekali pun riwayat hidupnya mereka penuh dengan
kebohongan, pertumbuhan darah dan penghinaan. Hanya karena para thughat itu
mengibarkan "bendera Islam";
Kedua, sebagai umat Islam kita masih belum mencintai satu
sama lain, justru kebencian yang lebih dominan dan kedengkian memutuskan ikatan
kita;
Ketiga, nasionalisme yang diciptakan oleh penjajah masih
tetap menbungkus tulang tulang kita dan mengalir deras dalam darah kita. Itulah
yang menjadi muara " wala_ dan " bara".
Keempat, kita masih kehilangan kepekaan terhadap sesama.
Umat ini telah tercerai berai, tidak ada seorangpun yang peka terhadap perasaan
orang yang lain.
Kita tidak memiliki lagi SATU JASAD, yang pernah disabdakan
Nabi Saw;
"Seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh itu
merasa sakit, maka seluruh tubuh yang lain akan merasa tidak bisa tidur dan
sakit panas (HR. Bukhari, 10/36.
Atau dalam sabdanya yang lain;
"Seperti bangunan yang satu sama lain saling
menguatkan" (HR. Bukhari).
Tetapi kenyataannya umat Islam sekarang ini menjadi tembok
tembok yang rapuh yang tidak saling menguatkan satu sama lain..
Kelima, kita meninggalkan al-Amru bil makruf, menyuruh
kepada yang makruf dan an-Nahyu Anil Munkar, mencegah dari yang mungkar.
Rasulullah Saw bersabda " barangsiapa diantara kalian
melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubah dengan tangan nya, jika tidak
mampu maka hendaklah dia mengubah dengan lidahnya, dan jika tidak mampu juga
maka hendaklah ia mengubah dengan hatinya dan itu adalah selemah lemah iman (HR.
Muslim)
Enam, tidak ada semangat untuk belajar dalam diri kita.
Karenanya kebodohan ada di mana mana, dan kebodohan itu menjadi trademark bagi
masyarakat kita. Kebodohan ini dimanfaatkan oleh para thughat dengan menawarkan
kepada kita seburuk buruk azab. Kebodohan ini juga dimanfaatkan oleh musuh
musuh umat Islam, sehingga mereka bisa menggiring kita seperti kambing yang
tidak bisa berbuat apa apa selain mengembek.
Ketujuh, terlalu sibuk dengan urusan dunia dan tidak
berhenti mengejar nya, sementara melupakan tujuan utama Keberadaan kita di
dunia adalah beribadah kepada Allah. Sebab Allah berfirman (yang artinya)
" Dan tidak lah aku menciptakan jin dan manusia kecuali
agar mereka beribadah kepada Ku (adz-Dzariyyat; 56)
Kita menyembah sebab, sebab sebab ', dan meninggalkan Rabbul
sebab (Rabb yang menciptakan sebab sebab ini). Oleh karena itu kelemahan
tersebut menimpa kita sebagai akibat kesibukan tersebut. Malah banyak di antara
kita menjadi seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi, kecuali yang
diberi Rahmat oleh Allah. " Dan sedikit sekali dari hamba hamba Ku yang
bersyukur (Saba' : 13).
Kedelapan, perselisihan yang sering terjadi dikalangan para
dai. Mereka adalah harapan umat, mereka juga orang orang yang mampu membebaskan
umat ini dari kejatuhan. Tetapi justru kita dapatkan adalah perpecahan ini
dikalangan mereka sendiri.
Kesembilan, lemah nya keinginan untuk menjauhi larangan
larangan Allah. Banyak orang berkata, Itu urusan pribadi, tidak berhak orang
lain ikut campur.
Terakhir dari tulisan ini mengutip Firman Allah yang
artinya;
" Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka." (ar- Ra'ad:
11).
Tidak banyak melakukan taqarrub, " mendekatkan
diri" kepada Allah. Banyak kita tidak Sudi melakukan lebih dari kewajiban
yang dibebankan kepada mereka, seperti sholat, zakat, puasa Ramadhan dan Haji.
Kita meninggalkan ibadah ibadah yang dapat mempercepat
kecintaan Allah, karena firman Nya yang artinya " Tidak henti hentinya
hamba Ku mendekatkan diri kepada Ku amalan amalan Sunnah sehingga Aku mencintai
nya (H.R. Bukhari, 11/21).
Dan banyak kesempatan, nilai nilai cinta Allah tersisihkan
begitu saja.
HR. Bukhari" selama ia meminta kepada Ku, maka Aku memenuhinya.
***
*) Penulis adalah Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan