Breaking News

Bandar Sriwijaya (Sriwijaya International Port)

Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari, S.H., S.U. (Ketua Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan)

Jendelakita.my.id. - Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan, tengah merealisasikan pembangunan sebuah pelabuhan bertaraf internasional yang akan menjadi pusat kegiatan ekspor dan impor. Proyek ini dimulai dengan peletakan batu pertama sekitar tahun 2021, namun sempat mengalami sejumlah kendala sehingga belum dapat difungsikan secara optimal, meskipun beberapa tahapan pembangunan telah berjalan.

Pada tahun 2025 ini, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah bertekad untuk melanjutkan dan menuntaskan pembangunan pelabuhan tersebut. Lokasinya berada di Desa Tanjung Carat, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Jarak dari Kota Palembang sekitar 75 km, yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih tiga jam perjalanan darat. Sementara dari ibu kota Kabupaten Banyuasin, yaitu Pangkalan Balai, jaraknya sekitar 31 km.

Pelabuhan ini dirancang sebagai pelabuhan berskala internasional yang prestisius, dengan nilai investasi sebesar dua triliun rupiah. Proyek ini kerap disebut sebagai "Palembang New Port".

Namun, mengutip salah satu pemberitaan daring tertanggal 9 Juni 2025 yang berjudul "Alasan 75 km dari Palembang, Mesti Dinamakan Pelabuhan Sumsel. Kenapa Jadi Pelabuhan Baru Palembang?", muncul pertanyaan kritis mengenai penamaan pelabuhan tersebut.

Sebagai seorang kolumnis sekaligus pengamat sosial dan budaya Sumatera Selatan, saya justru memandangnya dari sudut pandang berbeda, yaitu dari sisi sejarah dan kebesaran Kerajaan Sriwijaya. Mengingat Kerajaan Sriwijaya yang terkenal di Nusantara bahkan di dunia internasional sebagai kerajaan pemersatu bangsa, yang terletak di tepian Sungai Musi, wilayah ini dahulu dikenal sebagai bandar internasional yang menjadi pusat kegiatan ekonomi—terutama ekspor dan impor. Kejayaan tersebut berlangsung sejak masa Kesultanan Palembang hingga era kolonial yang dikenal dengan kehadiran VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).

Berdasarkan nilai sejarah tersebut, alangkah baiknya jika pelabuhan yang berlokasi di Desa Tanjung Carat ini dinamakan Bandar Sriwijaya Internasional (Sriwijaya International Port).

Nama “Sriwijaya” sendiri telah mendunia dan melekat dalam berbagai institusi penting, seperti Pabrik Pupuk Sriwijaya, Universitas Sriwijaya, Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya, dan lainnya. Penamaan pelabuhan dengan nama Bandar Sriwijaya Internasional akan memberikan nilai tambah historis, budaya, dan identitas yang kuat dibandingkan dengan nama-nama lainnya.

Sebagai bangsa yang besar, sudah selayaknya kita mengangkat kembali kejayaan sejarah, khususnya yang berkaitan dengan warisan budaya Kerajaan Sriwijaya, demi memperkuat identitas daerah dan nasional di mata dunia.