Melayu Di Abad ke XXI
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id. - Tantangan Orang Melayu Abad Ke - 21 menyongsong dunia industrial abad ini, generasi baru Melayu harus instrospeksi karena beberapa nilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tanpa merubah jati diri aslinya.
Kita harus berlandaskan tekat Manusia Melayu hari esok lebih baik dari hari ini. Oleh karena itu JATI DIRI Melayu tidak boleh sirna dan tetap eksis di dalam pergaulan sehari-hari nya.
Sejarah harus dikaji bukan untuk disalahkan tetapi harus melahirkan pola pikir yang lebih maju.
Kita tidak boleh melulu mencari kambing hitam terhadap situasi dan kondisi yang dinamis.
Konsep persaingan bukan nya memusuhi , tetapi adalah proses memperbaiki dan mengembangkan innovasi. Bahwa kita banyak menyimpan potensi tetap tidak ada motivasi untuk mengembangkan.
Sebagai petani dan nelayan membanting tulang dari pagi hingga senja hari, tetapi hasil yang diperoleh sangat minim karena produktivitas ini disebabkan kekurangan bimbingan dari segi tekhnologi modern. Sistem pendidikan kita pun masih lebih banyak konsumtif dari pada ke arah penciptaan sesuatu yang baru.
Orang Cina misalnya mempunyai sistem berantai saling bantu membantu individu yang kuat dan kemudian satu sama lain. Cara kita yang lemah lembut yang berlebihan adalah faktor menekan semangat dan keyakinan diri. Di zaman dahulu orang Melayu adalah bangsa ' Penakluk ' dan berhasil memerintah, orang yang pandai sebagai pedagang perantara juga sekaligus membawa penyebaran Islam dan budaya Melayu ke pelosok Nusantara dan Asia Tenggara. Tapi itu sudah punah oleh datang nya penjajahan barat.
Kita lihat sejak zaman kolonial orang Melayu lebih senang dikatakan " Orang Kampung" dengan kehidupan yang santai, sederhana, motif untuk hidup secukupnya saja, cukup banyak waktu untuk membicarakan orang, iri, dengki kepada perolehan orang lain, tidak produktif, membuang buang waktu secara mubazir, tidak dirangsang untuk persaingan meskipun banyak nilai jual seperti gotong royong, semangat bertetangga dan lain sebagainya. Sudah tiba masanya potensi masyarakat Melayu di desa tertinggal dibangunkan dengan menggalakkan industri ringan, industri kerajinan tangan, industri pariwisata, peternakan, kesenian dan lain lain, dibina secara komersil.. Persaingan positif harus ditanamkan bagi generasi muda agar lebih meningkat dan kreatif dengan ide ide baru.
Sebagai gambaran kita lihat sementara di kalangan kita ialah bahwa usaha yang baik didirikan oleh generasi pertama, tidak dapat bertahan ( bangkrut) karena generasi berikutnya sering cekcok, karena kurang baiknya management menimbulkan kecurigaan kepada waris yang lain.
Oleh karena itu kita harus berubah.
Meskipun tradisi Melayu di zaman abad ke 15, membanggakan terutama di bidang ilmu, sejak abad ke 19, ilmu tidak lagi didukung oleh para pemikir Melayu. Jauh tertinggal dari etnis yang lain.
Minat baca dan menulis di kalangan orang Melayu sangat rendah, padahal Islam menempatkan ilmu di tempat yang tinggi.. Demikian juga Melayu kini tidak lagi dapat menggunakan bahasa sendiri dengan baik., apalagi bahasa asing yang mana adalah bahasa kunci ilmu karena mereka adalah pengembang ilmu dan teknologi.
Sebenarnya Islam berperan penting membentuk pemikiran pada orang Melayu. Islam juga berperan menjadikan manusia Melayu lebih matang, lebih dewasa dan lebih tinggi kualitas kemanusiaan nya, meskipun tidak lah super sempurna.. Kelemahan kita ialah tidak dapat menghayati dan menerjemahkan pikiran filsafat dan ajaran Islam baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Pendidikan ibu dan bapak di dalam rumah tangga juga memainkan peranan yang sangat penting untuk menjadi kan generasi yang berkualitas.
Tangan kaum ibu Melayu sangat manghayunkan buaian bisa menggoncang dunia!.***
*) Penulis adalah Ketua Pembina Adat Sumatera Selatan