Melestarikan Budaya Masyarakat Komering
Penulis: H. Albar Sentosa Subari, S.H., S.U.
Jendelakita.my.id. - Seperti kita ketahui bersama, di sepanjang aliran Sungai Komering yang mengalir dari Danau Ranau di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan hingga ke Dusun (tiuh) Gunung Batu, bermukim masyarakat dari etnis Komering. Berdasarkan berbagai catatan, di wilayah tersebut terdapat tidak kurang dari 58 etnis yang masih mempertahankan identitas budaya dan bahasa Komering. Meskipun seluruhnya menggunakan bahasa “Komering” sebagai bahasa pengantar sehari-hari, terdapat sedikit perbedaan dalam penuturan atau logat di antara masing-masing kelompok etnis tersebut. Keanekaragaman logat ini justru menjadi kekayaan linguistik yang memperkaya khazanah budaya masyarakat Komering secara keseluruhan.
Salah satu dusun (tiuh) yang termasuk dalam wilayah kebudayaan Komering adalah etnis Komering Surabaya. Komunitas ini memiliki ciri khas tersendiri dalam logat dan kosakata bahasanya, yang membedakannya dari kelompok Komering lainnya. Dalam upaya melestarikan dan mendokumentasikan kekayaan bahasa daerah tersebut, Rukun Iwari Surabaya Komering (RISUKO) Sumatera Selatan, di bawah kepemimpinan Bapak H. Hidayat Comsu, S.E., yang juga dikenal sebagai mantan Staf Khusus Gubernur Sumatera Selatan bidang Kebudayaan, telah mengambil langkah konkret dengan menyusun sebuah kamus berjudul “Kamus Komuring: Indonesia-Komering Surabaya – Komering Surabaya-Indonesia” pada tahun 2024.
Penyusunan kamus ini merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap pelestarian bahasa daerah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Komering. Melalui inisiatif ini, diharapkan generasi muda dapat terus mengenal, memahami, dan menggunakan bahasa daerahnya, meskipun di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang kerap mengikis nilai-nilai budaya lokal. RISUKO dengan penuh semangat berupaya menghimpun, meneliti, dan membakukan berbagai kosakata serta ungkapan khas Komering Surabaya agar dapat terdokumentasi dengan baik dan mudah dipelajari oleh masyarakat luas.
Selaku Ketua Pembina Adat Sumatera Selatan, penulis dalam kesempatan tersebut memberikan sambutan yang berisi apresiasi dan dukungan penuh atas upaya pelestarian bahasa Komering melalui penyusunan kamus ini. “Yang intinya menyambut dengan antusias atas usaha dari Rukun Iwari Surabaya Komering yang telah berhasil menghimpun logat Komering Surabaya ke dalam satu kamus daerah.” Ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya peran masyarakat adat dan lembaga kebudayaan dalam menjaga eksistensi bahasa dan budaya lokal sebagai warisan leluhur yang sangat berharga.
Lebih jauh, diharapkan dengan terbitnya kamus ini dapat menambah referensi bagi para pencinta adat istiadat dan budaya Nusantara pada umumnya, serta budaya Sumatera Selatan pada khususnya. Upaya seperti ini tidak hanya sekadar mendokumentasikan bahasa, tetapi juga meneguhkan kembali jati diri masyarakat Komering di tengah keberagaman budaya bangsa Indonesia. Pelestarian budaya lokal merupakan bagian dari tanggung jawab kolektif yang harus terus dijaga agar nilai-nilai luhur, kearifan lokal, serta identitas etnis Komering dapat diwariskan kepada generasi mendatang secara utuh dan bermakna.